Mohon doanya, semoga ini adalah pernikahan terakhir saya dan suami.
Dan juga saya doakan buat siapapun yang membaca ini, jangan pernah menyerah jika tersandung masalah.
Ingatlah,
Masalah adalah bagian alami dari kehidupan yang tidak bisa dihindari. Namun, reaksi kita terhadap masalah yang datang adalah kunci utama.
Setiap masalah membawa peluang untuk belajar, tumbuh, dan menjadi lebih kuat. Dengan menghadapi masalah dengan sikap yang positif dan tekad yang kuat, kita bisa mengubah tantangan menjadi kesempatan untuk mencapai lebih banyak hal dalam hidup.
Jadi, meskipun masalah akan selalu hadir, kita memiliki kekuatan untuk mengatasi dan melalui setiap rintangan yang datang.
Menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain tentu tak mudah. Perlu suatu perubahan guna mendukung hal tersebut.Meskipun hanya kecil, prosesnya tak sesederhana seperti yang ada dalam pikiran.
Saya pun sebelum bertransformasi menjadi diri yang sekarang, dulu pernah tak ingin berdamai dengan luka.
Bahkan saya sama sekali tak menghiraukan anak kecil di dalam diri saya yang sebenarnya butuh dipeluk.
Dalam pikiran saya hanya ingin menyalahkan kenapa kehidupan di masa kecil tak menyenangkan?
Kenapa saya memiliki orang tua yang suka mengabaikan?
Kenapa saya ditinggalkan?
Sayangnya, dengan mengeluh tak menyelesaikan semuanya. Justru saya merasa tidak baik-baik saja.
Dan sejak saya membaca buku 'Luka Performa Bahagia' karya Intan Maria dan Adi Prayuda. Saya banyak belajar bagaimana menerima, memaafkan, lalu mencoba lebih baik di masa depan.
Tak hanya itu saja, ini adalah tulisan ketujuh saya setelah mengikuti 5 sesi parade healing Innerchild bersama Ruang Pulih dan IIDN.
Dalam sesi parade healing tersebut, Saya benar-benar diajak untuk kilas balik mencari penyebab kenapa susah memaafkan. Kemudian, para mentor juga mengajak untuk menyadari Innerchild yang butuh perhatian.
Selanjutnya, ada juga tes emosional yang diajarkan untuk mendeteksi, sebenarnya bahagia sejati yang saya inginkan seperti apa?
Sungguh, parade healing tersebut membuat saya membuka diri dan menyadari bahwa saya harus berubah dan bertransformasi diri.
Untuk melakukan perubahan dalam diri agar hidup lebih sukses dan mandiri, ada 10 kiat yang bisa seseorang lakukan. Namun, sebelum kiat Transformasi diri ini dilakukan, hal utama adalah memaafkan.
Nah, berikut 10 Kiat transformasi diri lebih sukses dan mandiri setelah memaafkan dan menumbuhkan kedewasaan dari Innerchild yang sudah terkondisikan.
Kiat pertama dan penting yakni menentukan visi dan tujuan. Tujuan hidup berkaitan erat dengan mimpi. Mengapa, karena mimpi mampu mengarahkan seseorang menjalani ke mana arah hidupnya.
Dosen di University of Hawai’i, Luh Ayu Saraswati mengemukakan untuk menggapai mimpi, seseorang perlu membuat sebuah Vision Board.
Vision board bisa berupa gambar atau tulisan, kemudian direkatkan pada sebuah papan. Letakkan papan ini pada tempat yang selalu terlihat. Gunanya untuk mengingatkan seseorang akan mimpi yang ingin dia raih.
Melakukan satu hal kecil setiap hari atau one thing rule merupakan kiat kedua dalam transformasi diri.
Tentunya boleh saja melakukan sesuatu yang sama atau berbeda. Yang penting, lakukan untuk mendukung visi dalam meraih tujuan hidup.
Setelah menulis mimpi, visi, tujuan serta mengerjakannya setiap hari, kiat selanjutnya membuat keputusan.
Dalam membuat keputusan perlu adanya skala prioritas. Skala prioritas membantu seseorang mengerjakan hal utama terlebih dahulu.
Paham terhadap gambaran besar dan kecil dalam hidup termasuk kiat melakukan transformasi.
Gambaran besar layaknya sebuah kota sedangkan gambaran kecilnya adalah rumah tempat tinggal.
Agar bisa melakukan perubahan diri dengan sebaik-baiknya maka seseorang perlu melihat gambaran besar hidupnya. Dia harus mampu menatap secara luas dan jauh ke depan.
Tingkat emosi juga memiliki pengaruh dalam perubahan diri. Dengan kata lain, seseorang harus mampu mengendalikan emosinya.
Pengendalian emosi memberikan dampak besar terhadap perubahan hidup. Misalnya jika mengendalikan emosi dengan hati dan pikiran yang positif maka seseorang akan menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain.
Sholat, sembahyang atau meditasi merupakan cara untuk meraih fokus dan ketenangan.
Seseroang yang merupakan pemimpin bagi dirinya sendiri perlu selalu berpikir jernih. Pikiran yang jernih mampu membuat seseorang mengambil keputusan dengan baik dan benar. Oleh karena itu, jangan pernah tinggalkan kiat yang satu ini.
Kiat penting selanjutnya adalah menggeser paradigma dari “melihat diri sendiri” kepada “melihat kepentingan atau kemauan customer atau orang lain”.
Sangat penting untuk belajar melihat melalui sudut pandang orang lain. Dengan demikian seseorang akan membuang keegoisan dirinya dan lebih mengutamakan kepentingan orang lain.
Setiap manusia memiliki sumber daya masing-masing. Oleh sebab itu, coba pahami dan kenali apa sumber daya yang ada dalam diri sendiri.
Bagi seorang pemimpin, hal ini sangat penting agar bisa mengetahui kelebihan atau sumber daya pada semua anggota timnya.
Kreatifitas yang tinggi merupakan sesuatu yang mempengaruhi proses transformasi diri lebih sukses dan mandiri. Guna memiliki kreatifitas ini perlu kiranya melakukan beberapa hal seperti:
Kiat terakhir guna mendukung proses perubahan diri adalah selalu bertanya dan mengevaluasi diri.
Buat daftar pertanyaan pada diri sendiri. Pertanyaan tersebut misalnya sudah sejauh apa melangkah, hal apa lagi yang perlu dilakukan atau apa saja kendala yang muncul.
Cara Menghadapi Proses Transformasi Agar Hidup Tenang Dan Menyenangkan
Setelah kiat untuk mereformasi diri, berikut adalah bagaimana cara menghadapi prosess transformasi agar hidup tenang dan menyenangkan. Sejumlah cara tersebuh adalah sebagai berikut:
Jangan pernah takut untuk melakukan perubahan karena belum tentu perubahan tersebut mengarah pada hal negatif. Ubah pola pikir agar mampu melihat sudut pantang yang berbeda.
Seseorang akan merasa sulit jika menghadapi perubahan diri tanpa support orang lain.
Oleh karena itu carilah dukungan dari orang sekitar yang bisa memberikan semangat, dorongan termasuk memberikan informasi.
Perubahan menjadi lebih baik bisa saja membuat diri tak nyaman. Karena itulah coba lakukan rutinitas seperti biasa bisa membantu menghilangan kejenuhan akibat perubahan diri.
Cara lain menghadapi proses perubahan diri yakni dengan merawat diri sendiri. Bisa dengan berolahraga, makan bernutrisi atau have fun dengan teman.
Menghadapi dan melakukan kiat reformasi diri lebih sukses dan mandiri perlu persiapan yang matang. Hal ini akan membantu melatih emosi, mental dan fisik agar selalu siap siaga.
Selain itu juga akan berguna ketika memperkirakan apa saja dampak perubahan diri tersebut.
Rangkaian Parade Happy Inner Child belum berakhir di sesi 3, tetapi ada kelanjutannya.
Pada sesi lanjutan atau yang ke-4 ini pembicara mengajak peserta untuk memahami dan menilai apakah sudah merasakan bahagia.
Hem….mendengar pembukanya saja, terasa betapa menarik materi ini.
Memang benar sekali pemaparan pemateri sebelumnya, inner child tidak akan hilang dengan sendirinya.
Obat, dokter dan psikiater pun tidak akan bisa menyembuhkan. Kesembuhan total 100% tergantung dari diri sendiri. Seberapa usaha untuk mendapatkan kembali kebahagiaannya.
Pada sesi 4 ini pemateri pertama, yaitu ibu Aftalia Kusumawardhani mengajak peserta untuk melakukan tes kecerdasan emosi.
Meski namanya tes kecerdasan berbeda dengan psikotes yang harus mengerjakan soal logika, deret ukur maupun baris. Kali ini tes dilakukan cukup dengan melihat diri sendiri.
Ternyata bagi peserta dampaknya luar biasa. Dengan memahami status dan posisinya berdasar hasil tes, paham apa yang perlu dilakukan.
Kembali lagi, hakikatnya inner child bisa hilang dengan usaha keras diri sendiri.
Pemateri kali ini terlihat sangat tegas namun juga kuat dan lembut, berada dalam satu pribadi.
Wah…sepertinya kehidupannya selalu adem dan bahagia. Begitu beliau mengajak peserta untuk menilai diri sendiri, aku pun langsung berpikir.
"Apakah selama ini aku sudah merasakan kebahagiaan yang abadi. Jika belum, apa penyebabnya?"
Nah…ternyata menilai diri sendiri tidak mudah ya. Kita harus sangat jujur agar treatment yang dilakukan pas.
Jika berpura-pura, maka inner child yang masih tertinggal, tidak akan bisa keluar dan dihilangkan. Bu Aftalia mengajak peserta untuk melakukan tes kecerdasan emosional dengan 4 poin.
Lembaran kertas terlihat sangat rapi dan halus. Namun jika kita sudah meremasnya, benda ini tidak akan kembali seperti semula.
Meski disetrika pun bekasnya tetap ada. Pemiliknya akan merasakan kecewa karena bentuknya sekarang tidak beraturan lagi.
Bagaimana mengatasi kekecewaan tersebut?
Cara yang pertama adalah menerima keadaan bahwa kertas yang tadi halus sekarang memang sudah tidak sama.
Jika fokus pada lekukan atau bekasnya, selamanya tidak akan menemukan titik temu. Sebabnya adalah memang benda tersebut tidak akan kembali seperti semula.
Terkait dengan memaafkan diri sendiri pun seperti itu. Kita harus bisa menerima hal yang menyakitkan tersebut terlebih dulu, baru kemudian memaafkan.
Sebaliknya, jika kita belum bisa menerima keadaan, maka maaf hanya ada di mulut saja. Tidak ada gunanya.
Inner child bisa muncul karena luka pengasuhan yang kita terima di waktu kecil. Orang tua yang kasar, suka marah dan membentak, bullying dari teman atau perasaan tidak diharapkan kelahirannya.
Persoalan ini akan terus menghantui sampai dapat memutuskan hubungan. Terus mengingatnya, mengutuk pelakunya, membenci dan menyesali kenapa hal itu menimpa.
Tindakan tersebut justru akan mengikat penyebab tersebut pada diri kita. Kita akan semakin sulit untuk melupakan.
Orang tua yang berlaku kasar dengan marah atau bahkan memukul, bisa jadi itu merupakan ungkapan rasa sayang.
Karena pernah mendapatkan didikan yang sama, maka merasa tindakan tersebut benar sehingga melakukannya pada anaknya, yaitu kita.
Jika terus mengingatnya, maka bonding trauma akan semakin kuat. Cara untuk bisa lepas adalah dengan memutus ikatan tersebut.
Tindakan yang nyata ya dengan cara melupakan dan mengikhlaskan kejadian tersebut.
Bagian ini yang menurutku sangat sulit. Kenapa? Mengucapkan kata maaf untuk seseorang dan diri sendiri memang mudah.
Tetapi ketika bertemu dengan pemicunya apakah tidak akan memercik keinginan untuk meluapkan emosi kembali?
Sebagai contoh, pada waktu kecil kita sering mendapat perlakuan kasar dari orang terdekat. Dibentak dan diomelin misalnya. Kita sudah mengucapkan, “Yes, aku memaafkan apa yang sudah kualami, termasuk pelakunya dan aku sudah mengikhlaskannya”.
Namun ketika anak kita melakukan kesalahan, apakah kita tidak akan terpicu untuk mengomelinya?
Masalah inner child satu ini tidak mudah untuk mengatasi. Mulut bisa mengucapkan dan memutus bonding terhadap penyebab trauma, tetapi apakah hati tidak akan terpancing emosi?
Hal ini yang sulit untuk didapatkan. Sedangkan jika ingin sembuh dari luka pengasuhan, kita harus dapat melakukannya.
4. Menertawakan Kekonyolan yang Pernah Dilakukan
Dalam menjalani hidup, kita pasti pernah melakukan kesalahan atau tindakan konyol, memalukan dan hal yang tidak semestinya.
Untuk dapat menilai kecerdasan emosional, kita perlu bertanya, apakah pada saat mengingatnya, masih muncul rasa menyalahkan diri sendiri?
Jika masih muncul rasa menyesal, malu, mengutuk diri sendiri maka kita belum lulus.
Seharusnya kita bisa memunculkan jiwa humoris yang ada pada setiap orang. Menganggap hal konyol tersebut merupakan humor yang lucu dan tidak perlu disesali.
Pak Anthony mengajak peserta untuk menilai, masa kecilnya apakah berada pada zona merah atau biru. Merah artinya banyak trauma yang bisa menyisakan inner child, sedangkan biru artinya super comfort.
Ternyata, berada di zona merah atau biru sama-sama bukan posisi ideal. Jika merah sebagaimana kita ketahui, banyak masalah psikis yang mungkin terus ikut sampai dewasa.
Hal tersebut menyebabkan seseorang menjadi pemarah, kurang percaya diri dan sebagainya.
Lantas bagaimana jika biru? Biru akan menyebabkan seorang cowok mengalami peterpan syndrome, yaitu sikap yang tidak pernah bisa dewasa.
Selalu bersikap kekanak-kanakan, ingin dilayani dalam segala hal dan mendapat perlakuan istimewa.
Sedangkan pada cewek bisa mengalami cinderella complex, yaitu ingin selalu dipuji, disanjung dan diperlakukan seperti ratu. Akibatnya tidak akan pernah mandiri dan dewasa, keduanya tentu kurang baik.
Posisi yang ideal adalah tengah-tengah. pada posisi ini seseorang akan bisa dewasa seperti seharusnya. Bertanggung jawab dan menjalankan perannya dengan sempurna. Baik yang berada pada zona biru atau merah harus berusaha ke zona ideal tersebut.
Nah, dengan memahami hal-hal tersebut, untuk bisa menjalani hidup secara baik, kita harus lulus tes kecerdasan emosional dan membawa diri pada zona ideal.
Mudah? tentu tidak, tetapi lebih sulit jika kita berada di posisi sekarang dan tidak mau bergeser ke zona yang paling pas dengan melepaskan inner child.
Inner Child saat ini menjadi sebuah kata yang banyak menarik perhatian. Bukan hanya psikolog, pemerhati anak, bahkan konsultan perkawinan pun menganggapnya sesuatu yang pantas untuk dikaji. Ternyata istilah yang mewakili kondisi psikologis khusus pada masa kecil ini cukup merugikan. Trauma ini menghambat dan menghebat pada masa dewasa.
Maksudnya apa sih? Nah kajian
tentang hal ini ternyata sangat menarik. Ruang Pulih, sebuah ruang untuk
belajar dan konsultasi pengembangan diri bagi wanita dan anak-anak mengangkat
tema tersebut dalam rangkaian Parade Happy Inner Child.
Di parade pertama happy innerchild saya diajak untuk memahami innerchild, lalu sesi kedua hadir dengan pembahasan soal reparenthing menuju dewasa yang lebih baik. Maka, pada sesi ketiga ini hadir sebagai pembicara Dr. Dr. Adi W. Gunawan, ST., MPd, CCH (R), Ketua Umum Asosiasi Hipnoterapi Klinis Indonesia dan Drs. Asep Haerul Gani, seorang psikolog, human capital coach dan master trainer.
Inner child menjadi konsen banyak
orang karena dampak negatifnya yang terbawa sampai dewasa. Namun di sisi lain
ternyata ada sisi positif yang juga dapat berkembang dari kejadian buruk masa
kecil tersebut.
Trauma
masa kecil pada sebagian orang akan melekat dan menjadikan seseorang mempunyai
pribadi yang susah dimengerti. Ada juga yang tidak mau peduli dengan orang lain
dan cenderung menyalahkan pihak lain pada saat menghadapi masalah, namun yang
lebih parah adalah ketika seseorang tersebut selalu menyalahkan diri sendiri.
Kejadian
traumatik ini dapat menyebabkan seseorang tersebut tidak bisa menerima pengaruh
positif dari lingkungan. bahkan cenderung pasif. Hal ini yang membuatnya susah
untu berprestasi.
Kejadian
dari sejak dalam kandungan sampai dengan 10 tahun merupakan masa yang rentan
menyisakan trauma atau inner child. Ini selaras
dengan ilmu parenting bahwa usia
anak-anak merupakan masa membentuk karakter. Oleh karena itu, sangat tidak
boleh berlaku kasar karena dapat membekas sampai dewasa.
Cara
terlepas dari bayangan tersebut adalah dengan menanamkan keyakinan bahwa kamu
hebat, kuat dan pasti berhasil melewati semua tantangan perlu terus ditanamkan.
Untuk bisa menghilangkan dampak negatif inner child lebih besar berasal dari
dirinya sendiri. Sedangkan pihak lain hanya membantu dan memberikan lingkungan yang kondusif saja.
Dalam
parade Happy Inner Child sesi ke-3 pak Adi mengangkat sebuah kasus tentang
seseorang yang belum juga memilih pasangan. Sedangkan dari berbagai sisi banyak
orang menilai bahwa si A tersebut sudah mampu dan cukup untuk berumah tangga.
Apalagi dari usia juga sudah mendekati kepala 4.
Setelah
digali informasinya secara detail, klien bukan tidak pernah jatuh cinta atau
tidak ada yang suka. Melainkan justru over
protektif dalam melindungi dirinya sendiri. Trauma kegagalan rumah tangga orang
tuanya yang ditandai dengan pertengkaran, bahkan kekerasan terekam dalam
ingatan sampai dewasa.
Sejak
usia 4 tahun sudah menyaksikan hal yang kurang nyaman dalam pernikahan kedua
orang tuanya. Trauma menyaksikan kejadian tersebut tidak hilang sampai dewasa.
Hal yang dilakukan ketika menjalin hubungan adalah keraguan, apakah akan
bahaya, apakah yang terjadi pada orang tua, tidak akan menerimanya.
Over
protektif inilah yang menyebabkan permasalahan tidak juga
memasuki jenjang pernikahan. Kembali, cara mengatasi dengan mengajaknya untuk
mengenali diri sendiri dan mencintai. Membukakan pikiran bahwa tidak semua
kejadian buruk akan terulang.
Cara
mengatasinya adalah menumbuhkan rasa cinta pada diri sendiri bahwa kita hebat,
kita berarti dan kita bisa berprestasi. Seseorang yang mengalami trauma pada
masa lalu cenderung untuk over protektif
pada diri sendiri.
Sedangkan
pembicara kedua mengangkat contoh kasus yang cukup unik. Pak Asep menyampaikan
apa yang dialami kliennya. Seorang suami yang setiap akan melakukan sesuatu
selalu meminta tanggapan istrinya. Hal ini membuat pasangan merasa kurang
nyaman.
Ketik
sesi hipnoterapi terungkaplah penyebabnya. Suami tersebut ketika masa kecil
mendapat perlakuan beda dari kedua orang tuanya. Saat diajak ke pasar misalnya,
adik-adiknya akan mendapat pertanyaan, ingin beli apa. Sedangkan si suami ini
tidak ditanya.
Mungkin
dianggap anak yang paling besar atau cukup anteng, ibunya tidak perlu membujuk
dengan iming-iming sesuatu. Sikap manisnya di masa kecil, justru menimbulkan
karakter kurang bagus baginya.
Ternyata
sikap orang tua yang lembut pada anak pun bisa salah jika tidak berimbang.
Sedangkan karena kejadian tersebut sudah sangat lama, bahkan mungkin orang tua
sudah tidak ada, maka mau tidak mau harus berusaha untuk sembuh sendiri sangat
penting.
Inner
child menghambat seseorang untuk maju karena selalu menahan dengan perasaan
khawatir yang berlebihan. Agar bisa mengatasinya, maka harus mengundang rasa
bahagia. Menghadirkan kembali memori menyenangkan yang pernah dirasakan pada
masa kecil.
Meski
hal ini tidak dapat menghilangkan trauma secara keseluruhan, namun akan
mengurangi kekhawatiran. Cemas, was-was menyebabkan potensi yang dimiliki tidak
dapat tereksplor secara keseluruhan. Bahkan terlalu over protektif pada hal tertentu.
Masalah
lain, innerchild yang belum selesai bisa menuntun seseorang untuk melakukannya
pada orang lain. Sebagai contoh seseorang yang pada waktu kecil mendapat
perlakuan kasar, bisa melakukannya pada anaknya tanpa sadar.
Agar
sifat negatif tersebut hilang perlu melakukan beberapa upaya. Sebagian orang
dapat menghilangkan trauma ataupun rasa sakit di waktu kecil tanpa bantuan
siapa pun. Namun ada juga yang harus mendapat pendampingan dari profesional
untuk dapat mengendalikan perasaan.
Agar cepat pulih, seseorang perlu mengosongkan hati dan memahami innerchild penuh kesadaran. Tujuannya agar sugesti yang bagus untuk menghilangkan inner child bisa datang dan akhirnya secara pribadi mempunyai kekuatan untuk mengembangkan diri.