Hasil
sensus penduduk 2020 tercatat didominasi oleh generasi Z atau acapkali disebut
sebagai Gen Z. Ada sekitar 69 juta dari 261 juta penduduk Indonesia merupakan
Gen Z yang mana usianya terhitung dari 10-24 tahun atau kelahiran 1996-2010.
Berdasarkan beberapa penelitian, generasi Z akrab dengan teknologi. Gen Z juga memiliki karakteristik kreatif dan informatif. Hal ini dikarenakan perkembangan teknologi dan digital sangat pesat sehingga mereka mudah mencari informasi sekaligus berpikir terbuka.
Oleh karena itu, pola asuh yang dilakukan orang tua
pun harus menyesuaikan karakteristik anak di zamannya. Setidaknya, jika mereka
melek teknologi, maka orang tua juga harus update.
Kepoin Kebiasaan dan Gaya Gen Z
Menjadi
orang tua Gen Z era digital memang memiliki tantangan tersendiri, terutama di masa
pandemi seperti sekarang. Di mana semua pembelajaran berubah menjadi Daring,
sedangkan anak-anak masih asing. Jadi mau nggak mau orang tua harus ekstra
mendampingi sekaligus belajar update menggunakan aplikasi digital.
Siapa
yang menyangka, gara-gara pandemi yang mengharuskan kita menjadi orang tua
mengenal gaya baru dalam belajar bersama anak lewat daring. Ternyata kita sudah
menjadi orang tua yang selangkah lebih maju, bukan orang tua kudet yang punya
handphone tapi nggak bisa memanfaatkan kecanggihannya dengan baik.
Yang
bikin bangga, orang tua yang update bisa menjadi teman menjelajah dunia secara
digital, lho. Kenapa?
Karena kita tahu bahwa anak kekinian yang pegang smartphone, ternyata tidak sepenuhnya cuma mainan game doang. Bisa saja mereka sedang mencari sesuatu yang lebih positif.
Contohnya si Khanza, anak perempuan saya yang usianya 6 tahun. Dia
selalu penasaran dengan youtube dan konten-konten yang ada di sana. Awalnya
saya agak khawatir dia salah melihat tontonan. Tetapi setelah saya mendampingi,
di situ saya tahu bahwa dia sedang belajar hal baru terkait vocabulary dan
lagu-lagu dalam bahasa inggris. Nah, kan?
Saya
juga tidak menyangka dari tontonan di Youtube, Khanza yang tadinya suka
malu-malu maju ke depan kelas ketika diminta gurunya. Saat ini dia berani
mengekspresikan dirinya dengan berbicara di depan kamera layaknya seorang
vlogger. Nah, begini baguskah?
Bagi
saya sebagai ibunya tidak masalah selama dia masih berada di jalur yang benar. Dalam
arti, konten-konten youtube yang dia tonton masih dalam pengawasan saya. Toh, ada
positifnya juga, kan? Secara tidak langsung Khanza belajar pronounciation
bahasa inggris dengan benar melalui lagu anak.
Perkara
ketertarikan Gen Z terhadap teknologi saat ini juga sempat dibahas oleh Dya
Loretta, SE, M.Ikom, CSP, CPM di seminar hari Sabtu lalu yang mengangkat tema “Kepoin
Kebiasaan dan Gaya Gen Z.
Dya Loretta
memaparkan tentang peran orang tua sebagai pendamping dan pendukung anak untuk
mencapai cita-citanya kelak. Dalam artian, mendampingi bukanlah sama dengan
memerintah, ya. Jadi, di sini orang tua lebih memainkan peran sebagai
fasilitator yang mengarahkan anak sesuai dengan skill yang mereka miliki.
Namun
sebelum mengarahkan anak, orang tua Gen Z harus paham bagaimana cara berkomunikasi
dengan anak yang benar. Ingat, generasi Z
tidak hidup seperti zaman kita dulu. Mereka lebih dekat dengan teknologi
karena sejak lahir mereka sudah terpapar dengan kecanggihan internet.
Oleh
karena itu, saat Moms hendak menjadi fasilitator yang bakal kepoin generasi Z,
sebaiknya moms harus melakukan pendekatan terlebih dahulu. Jadilah teman yang
asyik diajak diskusi sehingga anak tidak malu atau justru tidak mau
menceritakan apa saja masalah mereka.
Kepoin
Gen Z juga bisa dengan cara sering mengajak mereka ngobrol santai, misalnya
ajak si anak main sepeda bersama. Saat dalam perjalanan main sepeda, Moms bisa
banget mulai ngobrol apa saja yang mana bisa membuat Gen Z merasa diperhatikan
dan mau menumpahkan segala keluh kesah sekaligus keinginannya di masa depan.
Pasti seru banget, kan?
Profesi Gen Z di Masa Depan yang Jauh dari Pemikiran Orang Tua
Saya
pernah bertanya kepada si sulung yang usianya 8 tahun,”Nanti kalau gede mau jadi apa, Nak?
Dengan
tegas dia menjawab,”Mau seperti ibu atau Om Endo. Kerjaannya nulis depan laptop tapi bisa dapat uang.”
Saya
pun terkejut. Sempat bertanya kenapa alasannya. Dia menjawab, “Serulah, Ibu.
Apalagi kerjaan Om Endo, Itu mainan koding seperti kata ibu. Tapi bisa bikin
blog.”
Wow,
saya lebih terkejut lagi. Kok dia perhatian banget!
Memang
saya selalu bilang sama dia tentang profesi saya menjadi blogger dan penulis.
Saya juga pernah bercerita kepadanya tentang Endo Putra, rekan kerja sekaligus
seorang web developer. Maka tak heran jika dia penasaran dan kepoin juga.
Dan
ternyata, cara berpikir sulung tentang cita-cita ini juga disampaikan oleh Mbak
Dya Loretta terkait 10 Peluang Kerja Gen Z di Masa Mendatang. Apa sajakah itu?
1. Data
Analisis
2. Digital
Marketing
3. Application
Developer
4. Praktisi
Medis
5. Akuntan
6. Spesialis
SEO
7. Ahli
Lingkungan
8. Software
Engineer/Developer
9. Konstruksi
dan Teknik
10. Entrepreneur
10
profesi masa depan gen Z yang jauh berbeda dengan cita-cita ibunya di zamannya.
Itulah kenapa jika ingin menjadi orang tua kebangaan anak di era digital, maka
jadilah ortu update, jangan kudet.
Blended Learning SMA Pintar Lazuardi
Seminar
sabtu lalu memang memberikan paket lengkap. Selain kami diberikan wawasan
bagaimana menjadi orang tua kebanggan Gen Z di era digital. Dihadirkan pula
narasumber keren dari SMA Pintar Lazuardi, yakni Sonya Sinyauri selaku kepala
sekolah SMA Pintar Lazuardi. Pastinya pembahasan masih berkaitan dengan Gen Z
dan Teknologi.
Jika
Pembicara utama Dya Loretta memaparkan tentang 10 Profesi Anak di Masa
Mendatang. Pembicara utama kedua, yakni Sonya Sinyauri akan menghubungkan
teknologi dengan Blended Learning yang sudah diterapkan di SMA Pintar Lazuardi.
Mengulik
sejarah SMA PINTAR LAZUARDI BLENDED LEARNING HIGH SCHOOL telah beroperasi sejak
tahun 2021-2022 sebagai pengembangan dari sekolah Lazuardi group.
Sekolah online, khususnya untuk universitas dan SMA. Lazuardi konsisten ikut serta memberikan kontribusi pada sistem pendidikan di Indonesia dengan menyelenggarakan SMA Blended Learning tanpa meninggalkan kreativitas secara optimum.
Salah satu cara adalah dengan menambahkan aktivitas hands on mandiri
siswa lewat project based learning. Juga memberikan dukungan learning
management System (LMS) yang diberi nama pintar.
Nah,
apa sih Blended Learning itu?
Blended
Learning yang diterapkan di SMA PINTAR LAZUARDI High School adalah
menggabungkan antara kegiatan tatap muka dan pembelajaran online dengan
presentase pembelajaran online lebih besar. Kegiatan tatap muka dilakukan hanya
seminggu sekali di sekolah home based, yang mana lebih difokuskan pada:
1. Pembentukan
karakter
2. Pengembangan
keterampilan
3. Couching
tentang karir
4. Kegiatan praktikum yang tidak bisa dilakukan pada pembelajaran online