Menulis adalah Obat Hati

Senin, 20 Juli 2020
Menulis sebagai terapi jiwa

"Menulislah agar tetap waras. Karena menulis bisa menjadi obat hati yang paling mujarab."

Begitu seorang teman berkata di saat saya merasa rapuh menjadi seorang perempuan. Awalnya saya tidak percaya. Bagaimana bisa menulis menjadi obat hati paling mujarab? 

Saya sudah mencari obat luka itu ke mana-mana. Bahkan saya meminta pada Allah dalam setiap sujud supaya nama itu dihapuskan dalam ingatan segera.

Karena saking putus asa dan tidak sabar. Semakin hari, saya semakin sakit walau hanya menyebut namanya dalam diam. 

Semakin hari, pikiran saya selalu kacau ketika sekelebat wajah muncul di benak tanpa diundang. 

Semakin hari, dunia saya seolah hanya ada kelam. Tanpa mau melihat ke depan, jika kebahagiaan mungkin saja menanti di depan. 

Yah. Sebegitu putus asanya saya berpisah dengan pasangan. Hingga untuk menatap ke depan saja enggan.


Tetapi untungnya tidak lama. Semuanya telah berubah ketika kalimat yang disampaikan oleh teman saya tadi diingatkan berulang-ulang. 

"Udah. Kamu nurut aja sama aku. Menulis itu obat hati. Yakin, nggak mau coba lagi?"

Ucapannya seolah menantang saya untuk segera lekas bangkit. Saat itu juga, saya harus menyembuhkan diri dari sakit hati.

Dan siapa yang menyangka, lima tahun berlalu, saya yang berstatus single mom masih berdiri di sini dengan bahagia. 

Bahkan saya bisa tersenyum semringah dan lebih tegar menjalani kehidupan bersama dua bocah. Tanpa beban pastinya. Saya pun tak lagi khawatir bagaimana harus bertahan hidup setelah kehilangan satu sayap. 

Saya bahagia. 
Saya bebas. 
Saya menikmati hidup seperti air mengalir. 
Saya tidak pernah menuntut pada diri harus hidup seperti apa. 
Saya pasrah dan tetap menjadi diri sendiri.

Menulis Agar Tetap Waras


Menulis sebagai penyembuh diri

Mungkin sebagian orang bertanya atau bahkan penasaran, bagaimana saya bisa enjoy menikmati kesendirian. Kok bisa?  

"Menulislah agar tetap waras"

Lagi-lagi kalimat sederhana inilah yang menjadi tombak kekuatan saya selama 5 tahun ini. 

Tidak ada resep khusus yang saya lakukan. Hanya menulis, menulis, dan menulis. Terutama menulis fiksi, di sana seolah saya bisa berselancar ke dunia mana saja. Saya seringkali menyiksa tokoh buatan sendiri hanya karena ingin melampiaskan kekesalan dalam hati.

Nggak masalah, kan? Atau bahkan terkesan konyol banget, kan? Bikin tokoh cerita sendiri. Eh, disiksa sendiri. Hehehe

Karena kembali lagi, menulis adalah obat hati. Jadi terserah saja kita mau menulis apa. Mau menyiksa tokoh dalam ceritanya sendiri. Ya, terserah.

Salah satu keunggulan menulis fiksi di sana. Ketika sang Author kesal, bisa saja menyalurkan kekesalan tersebut dengan menciptakan karakter tokoh yang menyebalkan.

Nah, biasanya kalau sudah bisa memasukkan emosi penulis dalam cerita. Bisa jadi tulisan fiksinya nanti justru tampak bernyawa. Dan penulis pun bahagia. Begitu yang saya rasakan saat mampu menyelesaikan tulisan fiksi sekaligus memiliki tujuan menulis untuk bahagia.

Menulis untuk Melepas Beban dan Berdamai dengan Masa Lalu


Menulis untuk terapi jiwa

Cara menikmati hidup adalah dengan melepas beban. Di mana obat mujarabnya adalah menulis.

Dulu, saya juga awalnya tidak percaya jika menulis mampu menyembukan hati yang rapuh. Tetapi justru dari rasa tidak percaya ini, kemudian penasaran untuk mencoba, dan kini, menulis membuat ketagihan. 

Bahkan bisa dibilang, semakin ke sini, bagi saya menulis sudah menjadi kebutuhan tersendiri. Sehari saja tidak menulis, rasanya nggak enak. Pikiran saya mendadak kacau dan hati saya tidak tenang.  

Dan ketika saya menulis, semua rasa yang nggak enak itu seolah terhempas begitu saja. Hati saya tenang dan bahagia. Bahkan saat sedang menulis, jiwa saya sehat dan waras.  

Nggak ada lagi kepikiran sakit hati. Saya tidak lagi memikirkan,

"Kok, hidup gue gini amat ya?"

ketika ujian hidup menghampiri. 

Nggak ada juga rasa tidak ikhlas menerima takdir yang sudah tertulis.  Menulis, benar-benar mengalihkan dunia saya dari masa lalu yang kelam. 

Memang Dipikir-pikir, jika saya mengingat masa lalu ternyata banyak kekonyolan yang tidak disadari.  Contoh kecil, kehilangan pasangan yang sejatinya adalah milik-Nya. Kenapa saya harus kehilangan kewarasan dan merasa hidupnya paling menderita?

Tetapi untungnya, Allah Maha Baik. 

Allah mentakdirkan teman saya itu menjadi perantara dengan membawakan pesan, bahwa menulis adalah obat hati. Saya yang  kehilangan kewarasan dan semangat hidup. Akhirnya kini bisa berpikir positif dengan menulis. Mengambil semua hikmah ujian hidup yang sudah terjadi. 

Maka tidak heran jika saya menyebutkan menulis sebagai obat terapi paling ampuh supaya sehat jasmani dan rohani.

Berawal dari Luka, Menulis mengubah Hidup 


Menulis obat hati

Jadi, jika ada pertanyaan kenapa saya harus menulis? 


Karena menulis adalah obat hati. Menulis mampu menjaga kewarasan kita sehingga menulis menjadi obat mujarab yang mungkin tidak semua orang bisa mendapatkannya. Tetapi jika Anda mau mencoba karena pernah gagal seperti saya, ya silakan. Sebab menulis memang obat ampuh tiada dua. 

Nggak percaya? Ada keraguan? Mari kita buktikan! 

Kemudian Anda rasakan, apakah benar menulis bisa menjadi self-healing

Apakah benar, menulis bisa menjadi obat terapi untuk menyembuhkan jiwa yang sakit? 

Apakah benar, menulis membawa perubahan hidup dan membuat hidup semakin hidup? 

Anda mungkin tidak percaya jika hanya membaca tulisan saya ini tanpa mempraktikkannya sendiri.

Kalau saya, justru berawal dari luka. Kemudian menulis membawa perubahan pada hidup saya.

Lambat-laun menulis telah mengantarkan saya pada profesi yang bisa menghasilkan.

Jujur, berawal dari luka, justru saya kecanduan menulis. Sehingga hati saya tergerak untuk mendalami belajar menulis.

Saya pun mengikuti  berbagai jenis pelatihan menulis. Hingga dari pelatihan tersebut, saya telah menemukan jalan ninja hidup saya sebenarnya.

Nah, jika saya bisa menjadikan menulis adalah racikan obat hati paling mujarab. Lantas, bagaimana dengan Anda? 

13 komentar on "Menulis adalah Obat Hati"
  1. Setuju banget sama quote di awal. Menulislah, ekspresikan semuanya sesuai dengan apa yang kamu mau. Biar orang lain tau dan membaca semua isi hatimu

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  3. Sama. Aku menulis pun untuk obat hati. Menumpahkan emosi dengan menulis. Entah di buku diary atau berupa fiksi. Love it. Karena setelah itu hidup jadi lebih mudah

    BalasHapus
  4. Aku pun merasakan banget manfaat menulis mbaaaa... Bersyukur juga dari Menulis ini menambah banyak pertemanan...

    BalasHapus
  5. Setujuuu sekali dengan yg mba tulis :). Dulu , zamannya masih menulis diary, aku selalu numpahin uneg2 apapun, paling banyak tentang pacar pastinya, di diary :D. Selesai nulis , rasanya plong. Seperti ada tempat curahan untuk menampung semua sesak yang tadinya dirasain.ibaratnya, karena ga bisa triak di depan orangnya langsung, ato di depan orangtua, aku bisa ngelakuinnya di atas kertas :D.

    Kalo sekarang, blog jadi gantinya. Walopun yang ditulis ga ada sangkut paut Ama sakit hati lagi, tp menulis cerita pengalaman itu juga bikin hati tenang. Lagi bosan, stress, dengan mengupdate blog, ato sekedar menulis draftnya doang, itu aja bikin mood ku jadi baik :) . Makanya, mau orang2 udah beralih ke vlog, ntah kenapa aku msh setia dengan blog. Mungkin Krn aku ga terbiasa mengungkapkan langsung, dan LBH suka tulisan ya :)

    BalasHapus
  6. Setuju Mbak.. Saat menulis, semua terlupakan..

    BalasHapus
  7. setuju sekali mbak, sering kali nih temen saya tanya, kok bisa betah di rumah terus. jarang ngumpul, apa ga bosan... hehe

    saya jawab, ada kegiatan nulis, jadi blog harus diisi. nulis bikin imajinasi lebih liar dan kreatif

    BalasHapus
  8. bener banget mba. saya juga kalau lagi sedih atau marah lalu saya luapkan ke blog alias curcol, rasanya lega aja gitu mba. tiba tiba beban lepas semua.

    BalasHapus
  9. aq pun gitu mbak, dari pada harus curhat ke orang lain yang takutnya malah ember bocor kemana2 mending aq buat nulis aja. abis nulis kayak bertumpuk2 beban hilang dari pundak.

    BalasHapus
  10. Semangat untuk terus menulis mba. Karena menulis memang tercipta dengan tujuan healing salah satunya. Saya juga senang menulis karena seperti bisa melepaskan beban pikiran, bikin kepala gak terasa beraaat..

    BalasHapus
  11. Menulis juga membuka banyak kesempatan ya Mbak. Pokoknya terus berkarya, jangan menyerah.

    BalasHapus
  12. iya juga mbak menulis memang obat hati, apalagi dalam pandemi...

    BalasHapus
  13. selain menghilangkan kejenuhan, menulis juga tentu dapat menambah kosakata juga sih dari pengalaman yang saya lakukan....

    BalasHapus

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9