Tips Melatih Mental Anak Agar Mandiri dan Tangguh

Rabu, 27 Januari 2021

 


Perkembangan globalisasi yang sangat pesat tidak hanya dirasakan oleh orang dewasa. Anak-anak sebagai generasi penerus bangsa juga akan merasakannya.


Karena itu diperlukan pendidikan sejak dini untuk melatih mental anak sehingga anak menjadi pribadi yang tangguh, berani, dan mandiri.


Pendidikan tersebut sangat dibutuhkan untuk mempersiapkan anak bisa masuk ke dunia sosialnya dengan baik. Apalagi, kesehatan mental anak juga menjadi isu yang harus diperhatikan, seperti stres, depresi, hingga gangguan bipolar.

 

Berikut ini 10 tips melatih mental anak agar mandiri dan berani sejak dini.


Cara Melatih Mental Anak


Memiliki mental yang tangguh agar menjadi anak mandiri dan berani itu penting. Orang tua harus melatihnya secara bertahap agar kelak anak tumbuh dengan mental yang sehat. 


1. Biarkan Anak Menentukan Pilihan Sejak Kecil


Cara melatih mental anak agar berani, pertama adalah  dengan membiarkan anak menentukan pilihan sejak kecil.


Contoh sederhananya, biarkan anak memilih baju apa yang akan digunakan ketika akan bepergian. Terlihat sepele, namun ketika anak diberi kesempatan untuk memilih, anak merasa ada ruang untuk tumbuh secara mandiri. Anak tidak melulu merasa didikte dan hal ini merupakan salah satu strategi melatih mental anak.


Sekali waktu, orang tua bisa memberikan masukan yang bersifat membangun dan diungkapkan dengan bahasa yang mudah dimengerti.


2. Membangun Karakter Anak


Usia dini merupakan masa paling penting dan fundamental dalam membentuk karakter anak dan itu menjadi tanggung jawab orang tua, keluarga terdekat, sekolah, serta lingkungan.


Membangun karakter anak bisa dilakukan dengan memberikan contoh dalam menanamkan nilai-nilai kebaikan, seperti kasih sayang, saling menghormati, peduli pada sesama, bekerja keras, serta kejujuran ketika berkompetisi.


3.Mencoba Sesuatu Hal yang Baru. Mengapa Tidak?


Anak yang memiliki mental berani dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi adalah anak yang dibiarkan mencoba sesuatu hal yang baru.


Anak tidak perlu dilarang melakukan sesuatu hal meski di tempat yang kotor sekalipun. Selagi itu tidak membahayakan, biarkan anak melakukannya.


Ketika melarang anak, apalagi terlalu keras, ini akan membuat anak menjadi pribadi penakut. Padahal, bisa saja itu menjadi pengalaman berharga bagi anak.


Mulai sekarang izinkan anak mengambil sedikit risiko dalam masa tumbuh kembangnya agar anak mulai mengeksplorasi. Eksplorasi bisa dilakukan dengan mengamati, mendengar, serta mencoba sesuatu hal yang baru untuk memenuhi rasa ingin tahunya.


4. Menunjukkan Rasa Bangga pada Anak


Ketika anak salah, maka sebagai orang tua kita harus mengingatkannya. Sebaliknya, ketika anak melakukan sesuatu hal yang menurutnya spesial dan wah, sebagai orang tua wajib menghargainya. Caranya dengan menunjukan rasa bangga, bisa melalui ucapan dan hadiah.


Menunjukan rasa bangga pada anak dapat membentuk mental anak, mengembangkan potensi diri, serta meningkatkan kepercayaan diri. Untuk itu, jangan segan untuk mengungkapkan rasa bangga atas pencapaian dan perilaku positif yang dilakukan anak.


5. Bimbing Anak untuk Menguasai Keterampilan Khusus


Setiap anak yang terlahir memiliki keistimewaan masing-masing, tidak bisa dibandingkan satu dengan yang lainnya. Tugas orang tua, keluarga, dan sekolah adalah mengenali apa kira-kira yang menjadi bakat dan kelebihan anak. Lalu, membimbing dan mengarahkan anak untuk menguasainya secara penuh. Ini bisa menjadi bekal untuk melatih mental anak.


Cobalah untuk mengamati aktivitas apa yang disukai anak. Apabila anak mempunyai skill yang menonjol pada bidang tertentu, mulailah untuk mengikutsertakan dalam kursus atau les. Jika anak berkenan, ikut sertakan juga dalam kompetisi. Tapi, yang perlu diingat, mengarahkan bukan berarti memaksa, ya.


6. Membantu Anak Mengembangkan Kecerdasan Emosional


Kecerdasan emosional merupakan suatu kemampuan untuk mengenali dan mengelola perasaan sendiri dan perasaan orang lain. 


Mengembangkan kecerdasan emosional anak sama pentingnya dengan membangun kecerdasan inteluktual. Kecerdasan emosional berkaitan dengan kemampuan melihat, memahami, mengatur, dan mengungkapkan emosi sesuai dengan keadaan. 


Orang tua berperan penting dalam membentuk kecerdasan emosional anak. Ketika kecerdasan anak terbentuk dengan baik, maka anak akan bisa berdamai dengan keadaan, mampu berkomunikasi dengan baik, pintar bernegosiasi, mampu mengendalikan diri dengan baik, serta dapat diterima di  lingkungan dengan baik.


7.  Menegaskan Kewajiban dan  Tanggung Jawab


Apakah Anda termasuk orang tua yang sangat memperhatikan dan peduli terhadap kewajiban dan tanggung jawab anak, baik itu tugas sekolah maupun tugas yang diamanahkan di rumah? 


Jika iya, maka secara tidak langsung Anda telah melatih anak untuk memiliki mental mandiri. Biarkan anak melakukan kewajiban dan tanggung jawab sendiri meskipun belum sepenuhnya benar. Sangat penting bagi orang tua mengetahui kapan anak benar-benar harus dibantu. 


Kalaupun ketika menyelesaikan kewajiban dan tanggung jawab anak melakukan kesalahan, orang tua cukup memberi tahu letak salahnya dimana dan biarkan anak memperbaikinya sendiri.

 
8. Ajarkan Anak Untuk  Berpikir Secara Logis untuk Bertindak


Contoh sepele ketika mengajarkan anak berpikir secara logis adalah saat anak menaiki ayunan. Sebagai orang tua, Anda jangan memberikan afirmasi negatif dan menakut-nakuti anak dengan kata “Tidak usah naik, nanti jatuh!”. Karena dengan begitu anak akan menjadi pribadi yang penakut. Biarkan anak bermain ayunan, bahkan jika anak terjatuh beritahu apa yang harus dilakukan. 


Berpikir secra logis akan menjadi landasan penting yang akan memengaruhi cara berpikir anak saat dewasa karena melibatkan proses menganalisa dan mengevaluasi. Anak diajarkan untuk tidak menerima begitu saja, namun juga mengetahui sisi baik dan buruknya.


9. Ajarkan Kemampuan Sosial pada Anak


Salah satu alasan anak menjadi pribadi yang penakut dan tidak mandiri adalah karena anak tidak mengetahui cara berinteraksi dengan orang lain. Dengan kata lain, anak tidak memiliki kemampuan bersosialisasi. Rasa takut dan tidak mandiri bisa dihilangkan. Hanya saja, anak membutuhkan waktu dan latihan.


Usia yang tepat untuk mengembangkan kemampuan sosial anak adalah usia 3 sampai 5 tahun. Anak sudah bisa diberi pengertian untuk bermain bersama, bermain action figure, dan berkomunikasi secara verbal dengan teman sebaya. 


Kemampuan sosial ini bisa didapat dari sekolah ketika anak berada di kelompok besar. Bayangkan jika anak tidak diajarkan kemampuan sosial, anak bisa menjadi pengganggu bagi teman yang akhirnya akan dijauhi dan dianggap sebagai destroyer.


10. Ajarkan  Anak Bersyukur Sedini Mungkin


Percayakah Anda, jika mengajarkan anak bersyukur sedini mungkin akan memengaruhi mental anak? 


Bersyukur menjadi salah satu cara bagi anak untuk menghargai diri sendiri dan dapat menguatkan mentalnya. Misal, ketika anak kalah dalam perlombaan, ajarkan anak untuk bersyukur karena memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam lomba meski akhirnya mengalami kekalahan. 


Beri tahu juga jika kekalahan bisa menjadi pengalaman berharga dimasa yang akan datang sehingga mental tangguh dan tahan banting anak juga akan ditempa dengan baik.


Bersyukur juga bisa menjadi reminder bagi anak jika tidak selamanya berada pada posisi yang menyenangkan.


Itulah 10 tips melatih mental tangguh, berani, dan mandiri pada anak. Sebagai orang tua, Anda boleh mendampingi dan mengarahkan anak, namun jangan sampai membatasi apalagi mengekang anak karena pada akhirnya orang tua tidak akan terus bersama anak. 


Apa yang orang tua ajarkan dan contohkan pada anak ketika kecil akan menjadi acuan bagi anak. Untuk itu, penting menumbuhkan mental berani, tangguh, dan mandiri agar anak survive menghadapi perkembangan zaman.


Selamat Bermanfaat dan Selamat Mencoba!

10 komentar on "Tips Melatih Mental Anak Agar Mandiri dan Tangguh"
  1. Alhamdulillah hampir semua udah kupraktekkan. Tinggal kecerdasan emosional aja nih yang masih PR. Krn menurutku harus orang tuanya dulu yang emosionalnya terkendali. Baru ngajarin anak 😄

    BalasHapus
  2. Memiliki mental yang tangguh, mandiri, dan berani memang harus dipupuk sedari dini ya mba. Peran orang tua sangat penting di usia dini karena pada usia dinilah pondasi untuk anak dibangun demi masa depan yang lebih baik

    BalasHapus
  3. Problemku dengan si bocil masih nomor 6-9 sih. Terutama emosi. PR-nya adalah belajar untuk sama-sama mengendalikan emosi, baik anak maupun bundanya. Jangan sampai anak tantrum bundanya ikut tantrum. Emang ngefek ke mental anak ke depannya ya kalau gak dilatih dari kecil.

    BalasHapus
  4. Melatih mental anak di atas ini sebenarnya nggak jauh-jauh dari keseharian melalui cara dan pola asuh ya. Apalagi tantangan di depan sepertinya lebih kompleks, mental anak harus terlatih dahulu dari keluarga. Bukan hanya untuk menjadi kuat, namun juga pengaruhnya pada kecerdasan emosional yang berpengaruh pada pengambilan keputusan-keputusan penting nantinya.

    BalasHapus
  5. mungkin bisa tambah 1 lagi mbak: Ajarkan anak untuk selalu berpikir positif
    dengan ini, anak bisa langsung cari tahu solusinya apa, gak perlu menyalahkan orang lain, mau merefleksi dirinya sendiri untuk bangkit lagi

    BalasHapus
  6. mungkin bisa tambah 1 lagi mbak: Ajarkan anak untuk selalu berpikir positif
    dengan ini, anak bisa langsung cari tahu solusinya apa, gak perlu menyalahkan orang lain, mau merefleksi dirinya sendiri untuk bangkit lagi

    BalasHapus
  7. Iya niih...
    Aku pikir yang namanya melatihkan mental anak ini akan beriringan dengan usia sang anak. Ternyata, enggak.

    PR banget semua langkah yang diberikan.
    Haturnuhun atas artikelnya yang sangat bermanfaat.

    BalasHapus
  8. Jadi orang tua itu memang berat yaa. Saya juga sedang latihan mengendalikan emosi nih, rasanya kok berat gak marah-marah apalgi saat sedang capek sedangkan pada saat itu anak-anak rewel

    BalasHapus
  9. Belum bisa dipraktekin, tapi artikelnya bisa disimpan utk nanti-nanti dibaca ulang. Ternyata jadi orang tua memang butuh banyak persiapan yaa kak, mental juga salah satunya. Mana anak sekarang juga lingkungan mereka beda banget sama kita-kita dulu, informasi gampang banget masuknya.

    PR banget memang.

    BalasHapus
  10. terima kasih tipsnya, mbak. beberapa sudah kupraktikkan sih kayak membiarkan anak milih bajunya sendiri. cuma kalau mau jalan ke mana tetap dibilangin sih pilih baju yang bagus dan warnanya matching. hihi

    BalasHapus

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9