KENAL LEBIH DEKAT KOTA GARUT DARI MAKANAN UNIK BERNAMA BURAYOT

Selasa, 22 Oktober 2019
Makanan Burayot Khas Garut


Makanan tradisional khas Garut- Last but not least. Tahun 2019, bisa dikatakan tahun paling istimewa buat saya. Bermodal tekad dan nekat, akhirnya saya bisa menjelajah tiga kota besar di Indonesia, yaitu Surabaya, Jakarta, dan Solo. Sebuah prestasi yang cukup membanggakan bagi penulis pemula seperti saya. Tidak terpikir sedikitpun jika keputusan saya menulis akan memberikan rezeki tak terduga. Apalagi peluang menulis tersebut datang dari kerjasama dengan BEKRAF (Badan Ekonomi Kreatif Indonesia) dan Kemendikbud. Maka, saya harus memanfaatkan perjalanan tersebut. Lumayan, kan, traveling gratis? 

Nah, kalau sudah ngomongin traveling, saya jadi ingat hobi di masa kecil yang belum kesampaian. Yup, saya adalah perempuan penyuka jalan-jalan, tetapi karena suatu hal. Hobi saya tersebut tidak tersalurkan dengan baik. Dan baru-baru inilah saya bisa menyalurkan hobi traveling semenjak aktif menulis, khususnya menjadi blogger. Itupun saya nggak pakai modal sama sekali, sebab semua akomodasi ditanggung oleh pihak terkait. Bahkan, yang paling seru adalah saya bisa berkenalan dengan banyak penulis dari berbagai daerah. 

Kebahagiaan saya ini pun tidak bisa saya pendam sendirian. Saya pun bercerita dengan seorang teman tentang keinginan traveling keliling Indonesia sebelum anak-anak beranjak dewasa. Akhirnya, dia bercerita tentang makanan khas yang menjadi ikonik di kotanya, Burayot namanya. Wah, unik! Begitu batin saya dalam hati.  

Apa Itu Makanan Tradisional Burayot? 


Bagi orang lain, menikmati makanan tradisional bisa saja terkesan Ndeso karena makanannya tampak kuno dan jadul sekali. Nggak ada enak-enaknya untuk dinikmati dan dipamerkan di media sosial, bukan? Ada kekhawatiran seperti "Hah, jauh-jauh ke Solo Cuma berburu wedang Ronde? Nggak keren banget. Ronde di Lamongan juga ada kali!" atau "Ngapain ke Jakarta cuma berburu kue cucur khas Betawi. Di Lamongan nggak kurang-kurang kok!"

Well, saya pikir-pikir, bukan saya yang ndeso dan kuno. Sudah sepantasnya kita mengabadikan makanan tradisional demi memahami betapa Indonesia kaya akan warisan. Tidak hanya memiliki banyak warisan cagar budaya yang wajib dijaga, tetapi warisan makanan-makanan khas terdahulu untuk dikenalkan pada anak cucu sudah menjadi kewajiban. Bahkan sangat disayangkan kalau kita pergi ke sebuah tempat, tetapi tidak mencicipi sesuatu yang menjadi ikonik dari tempat tersebut. Kok rasanya perjalanan kita kurang memuaskan? 

Inilah yang menjadi alasan saya kenapa setiap kali traveling harus mampir ke tempat-tempat kuliner yang masih menyediakan menu makanan tradisional kota tersebut. Bagi saya, berburu makanan tradisional saat traveling ibarat menemukan berlian di antara emas. Sebab kuliner dan traveling bagai dua sejoli yang tidak bisa dipisahkan. Karena traveling itu, bukan hanya soal kepuasan traveler mampu meninggalkan jejak di tempat yang dikunjungi. Tetapi ada yang lebih penting, yaitu tentang menghidupkan serta menikmati kembali kelezatan makanan tradisional yang hampir punah tergerus oleh kemajuan era digital. 

Hingga saya terpikir, ketika suatu hari nanti saya bisa berkunjung ke Garut, daerah tempat teman saya tinggal. Saya tertarik mencoba makanan burayot khas Garut. Kota yang menyimpan beragam keunikan dari berbagai aspek, seperti budaya, kuliner, sejarah, dan urban legend. Ternyata di sini mereka masih mempertahankan budaya kuliner zaman dahulu. Contohnya kue Burayot khas Garut yang sejarah pembuatannya masih diwariskan turun temurun. Bahkan di tengah perkembangan era digital, proses pengolahan Burayot masih dilakukan dengan cara-cara tradisional. 

Kata "Tradisional" sendiri memiliki makna sebuah tradisi. Sebuah tradisi atau kebiasaan yang diciptakan oleh nenek moyang, kemudian diwariskan pada generasi penerus secara turun-temurun untuk dijaga dan dilestarikan.

Sementara disebut kue tradisional, artinya bahan yang dipakai untuk membuat kue tersebut, berasal dari bahan-bahan yang ada di daerahnya sendiri. Bahan diolah menjadi makanan yang bisa dinikmati anak cucu. Yang kemudian makanan tersebut membuat ketagihan, sehingga tak sedikitpun makanan itu terpinggirkan.

Makanan yang bikin nagih akan dijadikan makanan khas daerah. Di mana setiap acara penting seperti syukuran, pernikahan, sunatan, dan lainnya, makanan tersebut akan ikut serta sebagai sesuatu yang memikat banyak orang. Setelah menjadi sesuatu yang memikat, makanan tersebut sangat lazim untuk diturunkan pada generasi penerus agar membudaya.

Begitu halnya dengan Borayot, kue tradisional khas Garut. Ketika nama Garut disebut di berbagai kota maupun dunia, Garut memiliki ciri khas yang mudah sekali diingat. Salah satu ikoniknya adalah Burayot.

Sejak tahun 2019, kue ini cukup digandrungi oleh para wisatawan yang sesekali berkunjung ke Garut demi berburu obyek wisata yang intagrammable. Sebelum kenal Burayot, para wisatawan tersebut berburu dodol sebagai oleh-oleh makanan tradisional khas Garut Tetapi kini Burayot telah memikat hati para pengunjung juga. Padahal Burayot ini sempat terpinggirkan sebagai kue tradisional yang harus dikenalkan pada dunia.

Meski sebenarnya Burayot ini merupakan salah satu kue yang wajib menjadi sesajen saat ada syukuran di desa Leles hingga saat ini. Bahkan yang paling membanggakan, Burayot telah mendidiki peringkat 2 sebagai makanan terenak sekabupaten Garut.

Menilik Keunikan di balik Nama Burayot


Burayot tidaklah seperguruan dengan nenek reyot atau rumah reyot, ya. Yang dalam bahasa Jawa "Reyot" memiliki arti "hampir rubuh."

Burayot khas Garut merupakan gabungan dari dua kata, yaitu Bura dan gayot. Dalam bahasa Sunda Bura dan gayot jika digabungkan menjadi ngaburayot, yang memiliki makna bergayut atau menggantung.

Ngaburayot dalam bahasa Sunda diibaratkan seperti seorang ibu sedang menggendong anaknya menggunakan selendang atau kain. Di mana posisi gendongan tersebut, anak dimasukkan ke dalam selendang. Kemudian selendang dikaitkan di bagian pundak, dan posisi pinggul anak ditumpu oleh selendang. Sehingga selendang tersebut tampak mengembang bagian bawah, sementara di bagian atas berbentuk kerucut. Nah, kue Burayot ini berbentuk bulat menggelayut, bagian atas yang tipis dan bagian bawahnya tebal.

Sementara versi lain berdasarkan cerita rakyat, Burayot ini dijadikan sajian dalam memperingati acara sunatan oleh Nyimas Pagerwangi yang merupakan istri dari Prabu Kian Santang. Dan acara sunatan tersebut bisa dikatakan sebagai adat istiadat oleh masyarakat di daerah Salam Nunggal yang saat ini bernama kecamatan Leles dan Leuwigoong.

Dan hingga saat ini, makanan Burayot khas Garut ini dijadikan sebagai kudapan dalam memperingati acara-acara sunatan dan hajatan yang popular dengan nama Pasang Panggung. Pasang Panggung sendiri diartikan sebagai lambang rasa syukur kepada Allah SWT.

Penting untuk Dibaca:

 

Bagaimana Proses Pembuatan Burayot? 


Proses pembuatan Burayot khas Garut ini bisa dikatakan tidak semua orang bisa melakukannnya. Konon ada cerita bahwa Burayot ini termasuk dalam jajaran kue langka.Sebab proses pembuatannya cukup rumit. Dan hanya perempuan-perempuan tua ahli alias terbiasa meracik Burayot menjadi kue tradisional khas Garut saja yang mampu melakukannya.

Sementara untuk tahap pembuatannya Buroyat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu bahan pembuatan Burayot, Jumlah Takaran, dan proses penisiran.

Bahan pembuatan Burayot

Dalam proses ini kita harus mengenali bahan-bahan utama yang akan digunakan untuk membuat kue Burayot khas Garut. Bahan utama yang pertama adalah tepung beras.

Kue Burayot khas Garut


Tepung beras pun tidak memilih sembarang tepung yang siap pakai. Melainkan tepung beras yang dipakai adalah beras direndam selama tiga tahap waktu, yaitu satu jam, lima jam, hingga semalaman.  Setelah direndam, tiriskan.

Ketika tepung sudah ditiriskan, maka proses selanjutnya adalah penggilingan. Nah, proses penggilingan selesai, maka tepung beras sebaiknya langsung dipakai sebagai adonan. Hal ini erat kaitannya dengan kualitas kue Burayot ketika nanti sudah matang.

Bahan kedua yang perlu disiapkan adalah  untuk rasa, warna, dan Aroma.

Agar mendapatkan hasil yang unggul, orang terdahulu menggunakan gula aren Bojong atau gula putih sebagai rasa dan warna.

Kemudian menggunakan pewarna alami, yaitu pandan. Kenapa harus gula aren Bojong yang berasal dari Kampung Bojongloa? Karena kualitas aren dari kampung Bojongloa ini unggul dan sangat memengaruhi warna dan rasa Buroyat.

Burayot khas Garut
Alodokter.com

Kue Burayot khas garut
Jabarnews.com

Bahan selanjutnya adalah benda cair. Dalam hal ini Anda bebas menggunakan air biasa atau santan guna menambah rasa gurih pada adonan.

Minyak termasuk bahan utama yang wajib disediakan. Nah, minyak ini juga harus memilih yang berkualitas. Karena akan sangat berpengaruh pada kualitas kue Burayot khas Garut ini. Dengan ditambahkan minyak, saat Burayot sudah matang akan bisa tahan lama, tidak bau apek, dan tidak cepat berjamur.

Berapa Takaran Ideal Pembuatan Burayot? 


Alasan kenapa tidak semua orang mampu membuat makanan Burayot khas Garut ini, salah satunya adalah bahan-bahan utama yang akan dijadikan adonan harus ditakar dahulu. Hal ini dilakukan guna menghasilkan Burayot yang istimewa dan berbeda. Contoh penakaran bahan utama pada umumnya seperti berikut:

1 liter tepung beras, ½ kg gula aren, 1 lembar daun pandan, 1 gelas air atau santan, dan 1 liter minyak. Nah jumlah takaran umum ini biasanya digunakan adonan versi kecil yang menghasilkan sekitar 60 buah Buroyat.

Proses Penirisan


Uniknya, proses penirisan dari Burayot khas Garut ini tidak sama dengan yang lain. Karena Burayot ditiriskan dengan cara digantung terlebih dahulu. Kemudian disimpan di dalam saringan yang terbuat dari bamboo atau kawat. Tujuannya tak lain adalah agar minyak sisa penggorengan Buroyat tadi bisa keluar dan benar-benar tiris.

Tahap Pengemasan 


Seperti pada umumnya, proses pengemasan Burayot ini menggunakan mika atau plastik yang diberi kertas minyak.

Kenapa? Agar minyak sisa penggorengan yang belum tiris mampu terserap dengan baik oleh kertas minyak tersebut. Sehingga nanti akan berdampak pada pertahanan kemasan, yaitu antara satu minggu. Tetapi jika pengolahannya menggunakan santan, maka Buroyat hanya mampu bertahan selama 4 hari saja.

Cara Memasak Burayot


  1. Pertama, masak gula merah dengan ditambahkan air secukupnya. Kemudian masukkan sedikit garam dan kacang merah. Kemudian aduk sampai rata hingga gula merah dan bahan lainnya menyatu dan larut. 
  2. Jika gula merah sudah mendidih, kemudian angkatlah. Lalu, tuang pada adonan tepung yang sudah disiapkan. Setelah itu aduk hingga merata sampai gula dan adonan bercampur dan berwarna merah. Jangan lupa proses pengadukan harus menggunakan alat ya.
  3. Jika adonan sudah cukup kalis, maka Burayot siap dibentuk bulat, kemudian pipihkan. Namun sebelum dibentuk usahakan adonan dalam keadaan dingin.
  4. Setelah proses pembentukan Buyarot selesai, tahap selanjutnya adalah panaskan minyak untuk menggoreng Burayot. Jangan lupa minyak yang dibutuhkan cukup banyak, ya.
  5. Saat proses penggorengan, Burayot akan mengembang. Saat mengembang inilah, Anda harus menusuk-nusuk Buyarot supaya bisa membentuk seperti gendongan bayi. Di mana bagian bawah menggelumbung dan bagian atas berbentuk kerucut.
  6. Angkat Burayot dari penggorengan dan tiriskan di  saringan. Saat ditiriskan, angkat Burayot menggunakan bamboo. Gantung sebentar di saringan. Nah, pada proses penirisan inilah bentuk Burayot yang unik itu terbentuk.
  7. Setelah proses penirisan selesai, maka Burayot siap dikemas. 

Serunya Menikmati Makanan Burayot Khas Garut Bersama Keluarga


Percayalah kue Burayot khas Garut merupakan makanan tradisional terenak dan terunik. Karena rasanya manis bercampur sedikit gurih serta bertekstur renyah. 

Anda bisa menikmatinya bersama teh hangat atau kopi hangat saat momen berkumpul dengan keluarga. Dan rasakan kriuknya saat digigit lidah bagian Burayot yang mengembang. Sementara ketika bagian dalam hendak dikunyah, rasa lumernya bikin lidah tak berhenti bergoyang.

Nah, jika sudah tahu betapa lezatnya kue tradisional dari Garut ini. Tentu Anda penasaran, kan, berapa sih harga Burayot yang dibandrol di pasaran maupun yang biasa dikemas sebagai oleh-oleh?

Untuk wadah kecil, rata-rata Burayot dibandrol dengan harga Rp. 7.500. Sementara untuk ukuran besar dibandrol dengan harga Rp. 15.000 isi 20 buah Burayot. 

Dengan rasa yang khas dan bentuk unik, Harga yang ditawarkan cukup terjangkau. Dan saya yakin, ketika saya berhasil berkunjung ke Garut dan menikmati obyek wisata serta kulinernya yang super lezat. Dipastikan saya bakal ketagihan dan pengen balik lagi.

Bagi Anda yang berencana melancong ke Garut dalam waktu dekat, jangan lupa cicipi kuliner makanan burayot khas Garut ini, ya. Mungkin tidak sepopuler Dodol yang namanya mendunia,  tetapi burayot ini memiliki keistimewaan tersendiri yang bikin para traveler rindu kembali dengan kota Garut, lho! 

Be First to Post Comment !
Posting Komentar

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9