Bagaimana Single Mom Menerima Kehadiran Sosok Baru?

Minggu, 31 Desember 2023
Mungkin dulu, saya berpikir menyandang status single mom adalah hal cukup memalukan. Sampai-sampai, selama 2 tahun lamanya saya menenggelamkan diri dari keramaian. Tidak mengizinkan siapapun untuk mengakses hal-hal yang bersifat pribadi. Yang sejatinya ketika diungkit, justru akan membuat hati saya semakin sakit. 



Tapi seiring berjalannya waktu, dan ketika saya sudah bisa berdamai dengan luka. Saya sangat menikmati status single mom tersebut. Bahkan saya sempat berpikir jika status ini akan menjadi jalan ninja yang mengasyikkan.

Bagaimana tidak berpikir demikian. 

Faktanya, setelah menemukan circle pertemanan yang tepat di mana mereka menerima dengan lapang apapun status saya. Tidak sedikitpun mendiskriminasi ataupun menanyakan kenapa saya harus menyandang status single mom tersebut. Kehidupan yang saya jalani justru semakin berwarna. 

Sangat menikmati status lajang sebagai ibu tunggal dengan karir yang alhamdulilah cukup membanggakan buat diri saya sendiri. 

Terlebih, ketika status single mom ini menjadikan saya sebagai perempuan bebas yang memiliki hak penuh dalam mengatur kehidupan sendiri. Sekaligus bisa melakukan apapun sesuai dengan kehendak sendiri tanpa dilarang ini dan itu. Sungguh, what a great my live. 

Hampir 9 tahun sendiri, saya benar-benar bersyukur Allah menguatkan saya untuk berjuang sendirian. Sekalipun sesekali mengeluh, tapi saya tidak pernah menyerah untuk terus berjuang untuk anak-anak. 

Bahkan, saking mandirinya, saya cukup lihai dalam memutuskan beberapa hal sendiri. Nggak perlu diribetkan dengan hubungan yang kadangkala memiliki banyak aturan karena ada dua kepala yang perlu disatukan. 

Lain kenyataan, lain ucapan. 

Mungkin benar jika saat diucapkan saya menikmati kesendirian 9 tahun ini. Tetapi ketika dalam keadaan "Suntuk" karena pekerjaan atau masalah yang datang bertubi-tubi. Tidak munafik, saya membutuhkan seseorang untuk berbagi cerita. Keluh kesah yang kadang bikin kepala rasanya mau pecah karena disimpan sendiri. 

Tapi coba bayangkan, jika ada sosok di samping kamu, pasti dia akan menenangkanmu, bukan? 

Akhirnya, saya pun menyadari, jika Allah telah menakdirkan setiap manusia berpasangan. Di situlah saya mencoba untuk mengeja makna bahwa kesendirian saya selama 9 tahun lamanya, bisa saja bersifat sementara. 

Selama ini, nampaknya saya merasa cukup mampu menjalankan peran single mom. Mulai dari mengurus anak-anak, mencari nafkah, dan peran-peran lainnya yang butuh tanggung jawab besar. Begitulah setidaknya yang saya coba yakinkan pada diri sendiri. 

Namun pada kenyataannya, sebagai seorang hamba yang lemah, juga sebagai perempuan yang secara genetik tidak bisa berlama-lama sendiri. Saya menyadari bahwa tidak semua apa yang menjadi kehendak saya adalah yang terbaik. 

Sebagaimana Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam AS. Allah pun menghadirkan kembali seseorang dalam kehidupan saya kini, tentu ini adalah sebuah takdir yang tidak bisa saya tolak.  

Lantas, bagaimana saya bisa menerima kehadiran sosok baru tersebut? 

Mulanya, jujur, cukup sulit. Tidak mudah, pastinya. 

Hati yang sudah lama sengaja saya tutup karena takut disakiti, mau tidak mau saya berusaha membukanya kembali.

Memberi kesempatan pada sosok baru tersebut untuk mengisi ruang yang sembilan tahun ini sengaja dikosongkan. 

Banyak pertimbangan yang saya pikirkan, sampai akhirnya saya mengatakan "Iya". 

Jujur, kehadirannya membuat hidup saya berbeda kini. Tetapi saya tidak ingin larut pada euforia layaknya remaja yang sedang jatuh cinta. 

Hubungan kami adalah hubungan dua orang dewasa yang telah dibekali oleh luka sebelumnya. Tentu, kami tidak ingin banyak basa-basi nggak penting. Setiap obrolan selalu tertuju pada rencana ke depan. 

Bagaimana cara membangun hubungan yang bijak versi kami?

Pastinya, kami mencoba untuk mengenal karakter satu sama lain. Tak hanya mengenal, lebih tepatnya adalah mencoba menjadi penyelam ulung yang bisa menggali karakter pasangan lebih dalam lagi. 

Tak hanya karakter, tetapi menggali pola komunikasi yang tepat pun kerap kami lakukan. 

Sesama kaum workholic, tentu waktu berkomunikasi terbatas. Tapi kami mencoba untuk menyempatkan bertanya kabar satu sama lain, walau sekadar "Sapaan sederhana". 

Making relationship for single mom adalah tantangan yang perlu ditaklukan. 

Saya tahu, ini tidak mudah. Tetapi bukan berarti tidak bisa. 

Ibaratnya, hubungan yang sedang saya bangun saat ini seperti kembali ke sebuah sekolah. Sebagai murid, mungkin saya sudah mendapatkan pelajaran tentang pernikahan sebelumnya. 

Tetapi kini saya kembali merecall pelajaran tersebut dengan sosok yang berbeda. Yang tentunya ujiannya pun berbeda. Maka sudah sepatutnya butuh strategi lebih matang agar hubungan baru ini mampu bertahan. 

Tetapi saya percaya dan menyakini, semoga dialah "Nakhoda" yang selama ini saya sebut dalam doa. Jodoh yang sedang saya ikhtiarkan. 

Doanya, menuju tahun 2024, saatnya melukis cerita baru bersama sosok baru yang mau menerima segala kekurangan yang saya miliki.  Dia yang siap bersama-sama mengosongkan gelas ego demi menemukan pola terbaik dalam membina sebuah hubungan. 

Semoga, saya dan dia semakin matang setelah menempuh perjalanan panjang pencarian. 

Bismillah, 2024 tujuan baru, harapan baru dan banyak hal baru yang disegerakan. 

Dear, Single mom... 

Mungkin terlalu lama sendiri, kamu pun memiliki pemikiran bahwa kehadiran laki-laki baru dalam hidupmu bukanlah sebuah prioritas. 

Namun, jangan pula menolak jika memang takdir memberikan kesempatan. 

Cukuplah menerima untuk menjalankan peran kembali. Terima dengan sadar dan yakini setiap yang datang akan membawa kebaikan. 

Kalaupun ada keburukan, anggaplah sebuah proses pematangan diri kembali. Sejatinya kita mampu untuk menghadapi. 
Be First to Post Comment !
Posting Komentar

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9