3 Kata Ajaib Bekal Pendidikan Karakter

Sabtu, 10 Agustus 2019
    Pendidikan karakter dalam keluarga
                             
Beberapa hari yang lalu ketika mencari bahan untuk menulis parenting, tiba-tiba saja saya menemukan sebuah artikel yang sudah diunggah di media online news.okezone.com pada tahun 2018, tentang pengeroyokan guru di SMK NU 03 Kaliwungu, Kendal, Jawa tengah. Dan yang membuat hati saya gerimis adalah, berita tersebut viral. Sebab ada rekaman video yang bisa ditunjukkan pada khalayak umum.

Tak hanya itu saja yang bikin saya iba pada generasi zaman now. Beberapa dari mereka berperilaku seolah-olah tidak pernah mendapatkan pendidikan karakter di rumah maupun di sekolah. Bagaimana tidak, jika dilihat dari kasus guru dan murid di atas, sopan santun terhadap seseorang yang lebih tua rasanya tidak ada sama sekali.

Selain itu, baru-baru ini kasus tentang perudungan juga semakin merajalela. Parahnya, perudungan ini hampir terjadi di semua sekolah. Bahkan beberapa bulan lalu media sosial juga dihebohkan oleh berita tentang Audrey yang mengalami trauma hebat akibat perudungan juga. Jika demikian, siapa yang pantas disalahkan? Guru atau orang tua?

Dari dua kasus di atas, jujur membuat saya berpikir keras, Indonesia yang terkenal luas di berbagai negara dunia dengan nilai budaya yang tinggi, keramahan, dan sopan santun. Sikap persaudaraan, saling menghormati, dan menghargai juga sangatlah kental. Tapi bagaimana bisa pendidikan karakter di Indonesia memprihatinkan.

Nilai kesopanan generasi milenial dengan orang yang lebih tua, nyaris punah. Tak hanya itu, dengan teman sebayanya juga nampaknya suka meremehkan. Alhasil, perudungan terjadi di mana-mana serta siapa saja akan mengalaminya.

Padahal seharusnya, dengan perkembangan era digital yang semakin maju, serta nilai budaya di Indonesia yang tinggi, pendidikan karakter anak seharusnya lebih baik dan melekat dalam diri anak.

Namun faktanya, meski sejak 2017 Presiden Joko Widodo telah mencanangkan program pendidikan karakter wajib diajarkan di sekolah, justru banyak bermunculan kasus yang berhubungan dengan menurunnya sebuah pendidikan karakter bangsa.

Di kehidupan nyata pun, saya pribadi pernah menemui anak usia 5 tahun terlihat sangat fasih mengucap kata kurang pantas saat bermain dengan teman-temannya. Seperti contohnya di Jawa Timur, yaitu "Misuh" yang seringkali diucapkan ketika seseorang sedang merasa kesal. Dan itu saya dengar langsung dari telinga saya. Duh, miris banget. Hiks ...

Spontan saya langsung menegur anak tersebut karena kebetulan saya mengenalnya. Dan jika diamati lebih dalam, ternyata  dari pihak keluarganya sangat berpengaruh. Seperti halnya anak usia 1-6 tahun adalah masa golden age, di situlah posisi anak sebagai peniru dan perekam ulung.

Setiap perilaku orang terdekatnya akan direkam dengan baik. Entah itu berhubungan dengan perilaku  maupun ucapan. Tak pandang baik dan buruk. Apa pun yang tertangkap di depan mata, anak-anak akan langsung merekamnya di dalam otak mereka. Kemudian, di waktu lain mereka akan mempraktikkan apa yang dilihat dan didengar. Bisa dikatakan sangat berbahaya, bukan?

Untuk itu, pendidikan karakter dalam keluarga harus segera diajarkan. Sebagaimana tugas orang tua tidak cukup mengantarkan anak ke sekolah dan meminta gurunya untuk mendidik perihal pengetahuan karakter. Justru orang tua memiliki andil yang sangat besar dalam mensukseskan kehidupan anak di masa depan. Antara lain tugas orang tua yang perlu diketahui adalah:


  • Mengontrol jam belajar anak secara rutin dengan cara mengingatkan jam belajar serta meminta anak untuk mengulang pelajaran yang sudah dipelajari di sekolah.
  • Memantau kemampuan akademik secara berkala dengan memeriksa nilai ulangan dan tugas anak.
  • Memperhatikan kepribadian anak yang berhubungan dengan sikap, perilaku, dan moral anak.
  • Membantu anak mengenali dirinya sendiri dengan cara banyaklah mengobrol  dengan anak.
  • Memancing anak dengan membantunya mengenali bakatnya sendiri, merancang masa depan yang diinginkan, serta membiarkan anak patuh dengan pilihannya sendiri.
  • Menjadi teman curhat anak dengan menjadi pendengar yang baik. 

Jika tugas orang tua di atas sudah dilakukan dengan baik, tidak menutup kemungkinan ketika mereka remaja. Anak akan menjadikan orang tua sebagai tempat ternyaman untuk berkeluh kesah atas masalah yang dihadapi.

Sebab menurut mereka, orang tua adalah sosok yang paling mengenalnya di banding orang lain. Hubungan anak dan orang tua pun akan terjalin dengan baik.

Jadi disimpulkan, ajarkanlah pendidikan karakter pada anak usia dini. Mungkin terlihat sulit secara praktik. Tapi jika dilakukan dengan penuh kesabaran, disertai rasa nyaman menikmati setiap prosesnya. Tentu akan berbuah manis di masa depan.

Bila perlu orang tua berkolaborasi dengan guru anak di sekolah guna tercapainya tujuan anak berkarakter dan cerdas dalam pengetahuan.

Berdasarkan buku yang saya baca beberapa hari lalu tentang 365 Tata Krama yang Perlu Diketahui Anak karya seorang konsultan kepemimpinan bernama Sherly Eberly beserta putrinya, Caroline Eberly, Editor Senior di Colorado Homes dan Lifestyle yang bukunya sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjelaskan bahwa tata krama merupakan bekal anak menjalani hidup.

Pendidikan karakter usia dini

Prinsip dasar dari pengajaran tata krama tersebut adalah anak mampu menyadari keberadaan orang lain di sekitarnya. Sehingga anak akan dibiasakan untuk saling menghormati, menghargai, serta berempati terhadap orang lain.

Dan menurut Sherly dalam bukunya tersebut, mengajarkan pendidikan karakter tidak harus menunggu anak tumbuh besar. Tata krama bisa diajarkan setelah anak dilahirkan ke dunia.

Anak kita mungkin saja melakukan apa yang kita perintahkan, tetapi dia lebih cenderung meniru apa yang kita lakukan. (Hal. 02)

Jadi tak perlu kaget ketika melihat anak tiba-tiba saja mampu melakukan ini dan itu tanpa diperintah sebelumnya. Atau mereka akan lancar berbicara layaknya orang dewasa, padahal kita sebagai orang tua belum pernah mengajarinya.

LANTAS USIA BERAPAKAH ANAK MULAI DIAJARKAN TATA KRAMA? 


Untuk pendidikan karakter dasar, dalam bukunya Sherly menyarankan dengan mengajari anak tugas baru setiap tahun. Artinya, ketika usia 3 tahun anak sudah belajar mandiri dengan dirinya sendiri, misal merapikan kamar tidurnya sendiri. Maka ketika usia mereka menginjak 4 tahun, anak akan belajar membuang sampah, dan usia 5 tahun anak akan belajar menata atau membersihkan meja. Dan semua itu butuh proses panjang.

Coba gunakan pendekatan yang sama untuk mengajarkan tata krama. Ajarkan pada anak Anda sedikit bentuk tata krama. Dan saat dia telah memahaminya, ajarkan yang lainnya. (Hal. 02)

Dalam buku Sherly juga dijelaskan tentang 3 poin usia yang bisa dijadikan acuan untuk mengajarkan anak tata krama dasar, antara lain:

Usia 3 Tahun 

Di usia ini anak akan mampu memandang lawan bicara saat diajak bercakap-cakap, menyapa atau menegur, mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, duduk tenang ketika makan, serta mereka telah mampu berkata terima kasih dan maaf.

Usia 10 tahun 

Anak usia 5 Tahun perkembangannya berbeda dengan anak usia 3 tahun. Di usia ini anak akan sudah bisa diajak bercakap-cakap oleh orang dewasa, bersikap sopan saat makan, menjawab telepon dengan benar, mencatat pesan, menahan diri di tempat umum, bertanggung jawab, dan mampu mengatur waktu.

Usia 15 Tahun 

Usia yang cukup mudah untuk mengajak anak berlaku sopan santun. Sebab di usia ini anak sudah cukup dewasa untuk diajak mengobrol tentang tugas sekaligus tanggung jawab orang dewasa. Mereka juga sudah diajarkan untuk menyelesaikan masalah yang dibuatnya sendiri.


3 KATA AJAIB MENDIDIK ANAK AGAR LEBIH SANTUN 


Dilansir dari kompas.com, menurut salah satu pakar Psikolog, Evi Sukmaningrum,Psi, Msi mengatakan bahwa pada usia batita merupakan saat yang tepat untuk memperkenalkan  hal-hal yang baik termasuk mengajarkan kata-kata sopan.

Di buku karangan Sherly Eberly beserta anaknya, juga berpendapat bahwa usia 5 tahun sudah cocok untuk diajarkan tata krama. Berikut pembelajaran pendidikan karakter pada anak secara sederhana, yaitu dengan mengulang-ulang 3 kata ajaib sebagai langkah awal dengan hasil akhir yang luar biasa.


  • TOLONG


Pendidikan karakter anak
Pinterest.com

Sebagaimana anak usia dini adalah peniru ulung, maka tugas orang tua adalah memberi contoh. Biasakan orang tua ketika meminta bantuan kepada si kecil atau orang lain, gunakanlah kata tolong.

Tidak peduli yang dimintai tolong tersebut berusia lebih muda, tua, atau sebaya. Kata tolong bisa dimaksudkna untuk menghargai seseorang. Dan jangan lupa, agar menjadi kebiasaan anak tanpa diminta, lakukanlah berulang-ulang, ya!


  • MAAF

Pendidikan karakter anak
Pinterest.com

Kata maaf ini terdengar remeh dan mudah dilakukan. Namun dalam praktiknya, meminta maaf ini tidaklah mudah.

Pandangan tentang anak meminta maaf terlebih dahulu bisa-bisa menurunkan harga diri. Padahal sebenarnya tidak.

Mengucap kata maaf seklipun kita tidak salah bukanlah hal buruk. justru dengan meminta maaf, kita jadi lebih tahu bagaimana meredakan amarah, menmyejukkan perasaan yang luka, sekaligus bermanfaat untuk masa depan.

Untuk itu, para Ibu penting sekali mengajarkan kata Maaf ini pada anak-anaknya supaya mereka belajar bertanggungjawab atas perbuatan yang dilakukan. Dan jangan lupa, sebelum anak diminta belajar, orang tua harus menjadi teladan yang baik terlebih dulu, ya!

  • TERIMA KASIH 

Pendidikan karakter usia dini
Pinterest.com

Selain maaf dan tolong, kata terima kasih perlu sekali diajarkan pada anak. Biasakan anak mengucapkan terima kasih setelah mereka meminta bantuan dari siapapun dan sekecil apapun.

Ajarkan pada mereka untuk mengucapkan kata terima kasih dengan tulus. Kenapa? Mengucap terima kasih akan mengajarkan anak untuk senantiasa menghargai orang lain. 

Well, itulah ulasan sederhana saya tentang peran orang tua serta apa saja langkah awal mengajarkan pendidikan karakter pada anak sejak dini.

Pada dasarnya, mendidik anak menjadi pribadi santun memang tidaklah mudah. Tapi tidak ada salahnya menjadi orang tua panutan terlebih dahulu. Kelak, anak-anak kita akan mengenang orang tuanya sebagai pahlawan kehidupan di masa depan, bukan sebaliknya. 

Jika sejak dini, orang tua sudah abai dengan pendidikan karakter anak. Maka berhentilah berharap mendapatkan keturunan yang cerdas dan berakhlaqul Karimah.

Tidak menutup kemungkinan, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang suka membantah dan tidak patuh. Apa pun yang diucapkan oleh orang tua cenderung diabaikan.

Yuk, mulai saja mengajarkan pendidikan karakter dengan langkah paling sederhana. Terapkan 3 kata ajaib di atas dalam kehidupan sehari-hari.

Harapannya, semoga anak-anak kita terhindar dari pergaulan bebas yang disebabkan oleh faktor lingkungan yang kurang tepat. Semoga bermanfaat 😊
Be First to Post Comment !
Posting Komentar

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9