GURU BESAR DENGAN 1000 PELAJARAN

Selasa, 30 April 2019
Rick, jadi jelema ulah sarakah. Nu sarakah moal berkah (Jadi orang jangan serakah, kalau serakah tidak akan berkah)




Judul buku         : Yorick
Penulis                : Kirana Kejora
Penerbit              : PT. Nevsky Prospekt Indonesia
Tahun terbit       : 2018
Jumlah Halaman : 336 Halaman 
Nomor Edisi       : ISBN 978-602-528-830-2
Harga                  : 89.000 (P. Jawa) 


Setiap anak adalah istimewa. Terlepas kelahirannya diharapkan maupun tidak, anak tetaplah sebuah anugerah sekaligus amanah yang wajib dijaga kesuciannya. 

Ia terlahir fitrah. Hatinya masih suci dan bersih. Ibarat selembar kertas putih, tanpa goresan apalagi ukiran. Maka, sudah selayaknya anak tersebut mendapatkan ganjaran dari julukan fitrah tersebut, termasuk orang tua yang mengasuhnya. 

Orang bijak berkata, akan menjadi apa anak kita di masa depan, itu tergantung pada pola asuh orang tua. Dan itu sangat dibenarkan bahwa kepribadian dan perilaku anak terbentuk sesuai dengan apa yang dilihat dari orang terdekatnya, yaitu orang tua. Tak jarang, lingkungan juga ikut andil dalam memengaruhi proses tumbuh anak. 

Anak yang memiliki karir bagus dan memiliki sikap yang santun, pertama kali orang yang mendapat ucapan bangga dan kagum adalah orang tua. Sebaliknya, jika anak tersebut memiliki kepribadian yang kurang terpuji, yang mendapat celaan dan hinaan pertama kali adalah orang tua. 

Mungkin dari sinilah Novel Yorick terlahir. Novel bertema keluarga tentang seorang nenek dengan cucunya dan sedikit berbumbu romansa ini ditulis berdasarkan kisah nyata oleh novelis ternama, yaitu Kirana Kejora. 

Sebuah kisah tentang perjalanan seorang anak laki-laki berasal dari desa kecil kecamatan Panjalu, Ciamis. Yorick namanya.  Bocah yang hidup dalam kubangan derita ini, sejak kecil hanya tinggal bersama nenek yang serba kekurangan. 

Berada dalam asuhan seorang single grandmother, Yorick kecil tumbuh menjadi anak yang mandiri, jujur, optimis, konsisten dan pantang menyerah. Walau sejatinya sang nenek sendiri memiliki fisik tidak sempurna, yaitu buta huruf, tetapi beliau mengajarkan pada cucunya untuk terus berilmu supaya mampu mengubah dunia dan selamat dunia akhirat. 

Hirup kudu nungtut elmu, keur kasalametan dunya aherat.
Hidup harus menuntut ilmu untuk keselamatan dunia akhirat. (Hal. 66)

Begitulah kebiasaan perempuan tua renta yang lebih akrab dipanggil Mak encum ini. Di tengah keterbatasannya, ia berusaha membangun dinding kokoh yang berupa kepercayaan untuk Yorick, dengan petuah-petuahnya yang terus saja diulang-ulang.

Selalu menyemangati untuk terus menuntut ilmu di sekolah dan mengaji sore hari di musala. Semua itu ia lakukan semata-mata untuk masa depan Yorick yang lebih baik. Walaupun nenek sangat tahu berapa kilo jarak yang harus Yorick tempuh dari rumah ke sekolah, betapa takutnya sang cucu saat berangkat ke Musala harus melewati kuburan dulu.

Baginya, orang miskin berilmu ilmu lebih terhormat daripada orang berharta tapi bodoh. 

Lagipula apa yang bisa dilakukan orang tak punya seperti dirinya, sekadar mewujudkan keinginan kecil sang cucu untuk mempunyai layang-layang saja, ia harus mengulang kata 'sabar' berkali-kali. Ia hanya bisa berharap dan berdoa agar apa yang diimpikan sang cucu tidak kandas begitu saja. 

Mungkin di masa lalu, saat melihat Yorick protes tentang keadaan mereka, ia hanya bisa berkata sabar. Tapi Mak Encum begitu yakin, bahwa ketika sang cucu dewasa kelak. Apa yang menjadi mimpinya, pasti akan bisa terwujud.

"Mak, kapan saya punya layang-layang?"
"Satu saat pasti punya."
"Ya, tapi kapan?"
"Ya, nanti."
"Nanti itu kapan Mak?"
"Sabar atuh."
"Sudah banyak sabarnya Mak."
"Kurang sabar namanya, kalau ngeluh terus begitu. Suatu saat kamu pasti bisa punya layang-layang."
"Pasti?"
"In sha Allah."
"Kok In sha Allah Mak?"
"Yah, kan memang kalau Allah mengizinkan, pasti kamu punya."
"Yang penting banyak minta ke Allah."
"Kan sudah Mak."
"Sudah, jangan protes terus."
"Jangankan layang-layang. Pabriknya pun, kamu bisa punya." (Hal.31) 

Sejatinya, Mak Encum memberi nasihat pada Yorick tentang keyakinan dan penuh semangat seperti di atas, bukan berarti mendahului kehendak Allah. Akan tetapi sebagai seorang hamba yang memiliki banyak kekurangan, terlebih bicara tentang finansial. Ia sangat sadar diri, dan satu-satunya cara agar tetap optimis melangkah ke masa depan adalah bermodal harapan, selalu berpikir positif, serta diperkuat dengan doa, insyaAllah nggak ada yang mustahil, bukan?

Seperti rumput yang tidak bisa memilih di mana harus tumbuh, tapi tetap bertahan di mana saja dia tertanam. 

Keluarga kecil mereka memang sangatlah sederhana, bahkan bisa dibilang begitu kekurangan. Namun Mak encum sama sekali tak ingin membatasi cucunya memiliki mimpi. Oleh karena itu, agar si Yorick berani melangkah ke depan, sang nenek selalu menutupi kekurangan tersebut dengan cara menghidupi cucunya dengan lautan kata semangat dan teladan agar senantiasa  bersyukur. Karena sekecil apa pun, syukur kata pertama yang harus diucapkan (Hal.69) 

Dan biarlah Yorick kecil mengkaji setiap kalimat nenek itu sebagai modalnya saat tumbuh dewasa kelak. 

Meski di balik ketegasan sang nenek dalam mendidiknya, ternyata ada rahasia besar yang ia sembunyikan. Sebuah rahasia yang mungkin sangat menyakitkan bagi Yorick. Tentang keluarga besar yang tidak pernah menginginkan kelahirannya ke dunia, termasuk kedua orang tuanya. 

Tak heran jika sejak kecil Yorick diabaikan, hanya neneklah satu-satunya orang yang peduli sekaligus menyayanginya. Namun, bagi nenek itu bukan hal penting. Selama ia masih bernapas, Yorick adalah tanggung jawabnya. Terlepas orang tuanya sendiri menginginkan atau tidak, ia nggak peduli. 

Hingga ujian kehidupan yang misterius itu datang tiba-tiba. Nenek harus rela melepas cucunya untuk mandiri sebab saat Yorick berusia 11 tahun, perempuan tua itu mulai sakitsakitan. Tanggung jawab pada sang cucu tidak bisa ia lakukan lagi. 

Waktu berlalu tanpa bisa terhenti , sebab waktu tak akan bisa terkejar, dan ia akan bisa mengubah sesuatu menjadi sesuatu dengan nada penuh kejutan dan lirik tanpa kendali. (Hal.83).

Saat waktu sudah berjalan dengan semestinya, rasanya kita mustahil mengejarnya. Hal yang sama dirasakan Mak Encum pada sang cucu. Rasa penyesalan begitu dalam karena sudah meninggalkan cucu semata wayangnya sendiri di Panjalu. Bukan berarti tak ada sayang, kasih, dan cinta. Nenek hanya ingin menunjukkan ketegasannya pada Yorick bahwa tak selamanya ia akan menemani sang cucu. Suatu saat jika ajal menjemput, mau tidak mau Yorick harus berjalan sendiri mencari jati diri. Di lain sisi, ia juga ingin melihat cucunya tidak menjadi sosok yang cengeng dan meratapi keadaan. Meski di tempat nun jauh di sana, hatinya retak. Separuh jiwanya hilang namun tetap ia tahan. 

Hingga waktu pun membuktikan. Lama berpisah dengan cucunya, tak disangka alam telah membentuk Yorick menjadi sosok yang tangguh. Dalam kejauhan sang nenek melihatnya bangga. Meski jauh dilubuk hatinya ada sedikit penyesalan, bahkan juga rasa rindu yang tak tersampaikan. Bahkan saat malaikat maut menjemputnya, keinginan Mak Encum bertemu dengan Yorick tak juga dikabulkan oleh kerabat dekatnya.

Miris, tapi inilah fakta dinamika kehidupan yang harus dilalui Yorick beserta neneknya. Menyakitkan dan penuh penderitaan. Meskipun demikian, apa saja yang sudah dilakukan sang nenek di masa kecilnya, telah mengantarkan Yorick dewasa menjadi sosok sukses, tangguh, dan bersahaja. 

Mak Encum adalah guru besar yang mengajarkan seribu pelajaran, malaikat tak bersayap, juga raja tanpa mahkota bagi Yorick yang tak mungkin tergantikan. 

"Aku bangga, walaupun aku tidak punya apa-apa, tidak punya keluarga seperti yang lain, tidak diajari dan dimentori, tapi aku punya Nenek yang tidak dimiliki orang lain. Nenek, adalah "Maha guru" dengan seribu pelajaran." 

Yang penting aku pernah memiliki Nenek, pemilik cinta tanpa batas dan tepi (Hal. 301)

Bagi saya, novel ini sangat inspiratif. Cocok untuk dibaca siapa saja terutama bagi Anda yang sedang mengalami keterpurukan di masa lalu, ujian hidup yang menggunung, serta hati yang dilanda keputusasaan. 

Dari kisah Yorick dan nenek mengajarkan kepada kita bahwa di balik kekurangan seseorang, tentu ada sebuah kelebihan yang bisa ditonjolkan, meskipun harus melalui perjuangan panjang. Asal ada niat dan tekad, pasti ada jalan untuk mencapainya.

Dan yang paling saya suka sekaligus membuat merenung beberapa jam setelah membuka lembar demi lembar cerita yang ditulis oleh Kirana Kejora adalah tentang filosofi peniti :

Peniti akan menusuk bila tertekan, ia pemersatu yang terputus, perekat yang terpisah. Lalu ia akan menutup, tak menampakkan diri setelah bisa menyambungkan sesuatu. (Hal.41)

Kesimpulan dari saya, peniti memang bentuknya kecil. Tapi dia memiliki banyak manfaat. Sebagai penyambung benda yang terpisah. Seperti hubungan Yorick dan nenek, raga memang terpisah tapi hati masih saling bertaut satu sama lain. 

Walaupun rindu tak bertepi, segala kata yang pernah Mak Encum ucapkan saat mendidik cucunya itu akan selalu menjadi sahabat  Yorick dan mimpinya. Ke mana pun ia melangkah. 


Overall, I love this novel so much ^_^ 


12 komentar on "GURU BESAR DENGAN 1000 PELAJARAN"
  1. ramai banget bahasa novel satu ini, terus saya jadi penasaran sama novelnya, heu. Fix tulisan mba malica bikin saya ingin segera ke tokbuk terus beli buku ini. Kisahnya inspiratif banget, makasih ya mba sharingnya.

    BalasHapus
  2. Inspiratif banget ternyata novelnya. Jadi ingat sama simbah saya mbak, hehe

    BalasHapus
  3. saya belum baca, belum sempat beli. Tapi membaca ulasan novelnya, kesan saya novel ini sangat bagus, inspiratif, pantas di angkat ke layar lebar.

    BalasHapus
  4. Kisah yang sungguh inspiratif dari Mak Encum dan Yorick. Jadi penasaran baca langsung bukunya.

    BalasHapus
  5. Masya Allah inspiratif banget novel ini mbak. Cara mbak Malica meresensi pun keren banget. Bikin saya penasaran ingin baca langsung. Makasih sharingnya mbak. Semoga bisa segera ke toko buku dan dapetin novel ini.

    BalasHapus
  6. Wah inspiratif sekali ya mbak novel ini. Jadi pingin baca juga banyak kalimat kalimat penyemangat juga.

    BalasHapus
  7. novel yang penuh inspiratif..hiks, jadi pengen hunting deh novelnya mbak

    BalasHapus
  8. Inspiratif. Meskipun ada beberapa kalimat motivasi ditulis dalam bahasa sunda yang tidak terlalu saya pahami, tapi bisa dimengerti arti yg dimaksud. Sipp

    BalasHapus
  9. Novel yang sangat indah. Saya suka dengan novel-novel yang memberikan semangat dan inspirasi bagi pembacanya.

    BalasHapus
  10. Membaca ini saya jadi fashback ke kisah orang terdekat saya. Kedua orangtuanya tak terlalu mau merawatnya karena lahir dari sebuah tragedi hingga akhirnya neneklah yg merawat, menyekolahkan dan membesarkannya. Semoga dia menjadi anak sholikha yg tak lupa jasa neneknya, bila suatu hari sang ibu datang dan 'memanen'

    BalasHapus
  11. Membaca ini saya jadi fashback ke kisah orang terdekat saya. Kedua orangtuanya tak terlalu mau merawatnya karena lahir dari sebuah tragedi hingga akhirnya neneklah yg merawat, menyekolahkan dan membesarkannya. Semoga dia menjadi anak sholikha yg tak lupa jasa neneknya, bila suatu hari sang ibu datang dan 'memanen'

    BalasHapus

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9