4 Tips Puasa Lancar Tanpa Halangan

Sabtu, 18 Mei 2019

Ngomongin tentang media sosial akan selalu menarik, ya? Sebab media sosial adalah salah satu hiburan buat emak-emak macam saya. hahaha 

Biasanya sebelum puasa, saya suka mencari hiburan dengan cara aktif di media sosial, terutama facebook. Selain ada kerjaan dari klien untuk nge-buzzer sebuah produk, di facebook seringnya saya menulis curhatan yang dibumbui dengan storytelling namun terselip hikmah.

Kadang juga iseng bikin quote receh  dan posting status murah meriah banget tapi entah kok justru mengundang banyak komentar dan like dari teman-teman media sosial. Hihi

Diam-diam saya juga hobi mencari hiburan dengan membuka akun para motivator di instagram, lho, siapa tahu dari sana ada sebuah pembelajaran. Seringnya sih dapat hikmah, alhamdulilah. Hehehe  

Tapi anehnya, setelah stalking akun motivator, entah kenapa akun para gosip-gosip itu juga begitu menggoda. Hati saya nggak kuat iman untuk tidak mengikuti mereka. Meski cuma bisa tertawa sendiri di rumah macam orang gila bermain HP, rasanya tuh udah bahagia banget. Penat karena aktivitas dunia nyata yang cukup melelahkan hilang seketika. Padahal hiburannya receh, kan? 

Tapi jangan ditanya setrikaan dan cucian baju sudah selesai atau belum ya. Soalnya media sosial tuh bikin candu banget. apalagi kalau sudah stalking sana-sini, duh, hampir dua jam-an melototin HP pun nggak bakalan terasa. Yang ini parah banget! Dilarang ditiru, lho, ya. hihii 

Hiburan saya receh, tapi bahagianya nggak ketulungan, lho, Mom. 

Namun, beberapa bulan ini entah kenapa saya agak malas untuk menyentuh media sosial lagi. Dalam sehari bisa dihitung saya update status di FB dan IG, bahkan bisa dibilang tidak sama sekali kecuali ada kerjaan. Seolah-olah media sosial itu bukan lagi sesuatu yang bikin candu buat saya. 

Apalagi masa-masa menjelang pemilu satu bulan yang lalu, wuah, saya hampir menutup akun facebook pribadi gegara media sosial semakin panas. Di mana-mana saling sindir-menyindir, nyinyir, dan apalah itu. Makanya saya memilih mengasingkan diri dengan tidak membuka media sosial dan mengalihkannya dengan membaca buku di daring Perpusnas. 

Ngomongin soal nyinyir atau julid di media sosial sih sebenarnya bebas. Siapa saja bebas mengutarakan perasaan dan pendapat masing-masing. Hanya saja kalau terus-terusan kan bikin energi negatif muncul. 

Tanpa sadar emosi ikut bergejolak, jari ini pun tak kuasa untuk ikutan berkomentar. Meski faktanya saya mati-matian berusaha menahan jari agar tidak kesleo berbicara yang kurang pantas. Tapi tetap saja, bagi saya tidak ada faedahnya memperdebatkan sesuatu yang kenyataannya kita belum tahu dengan pasti. Jadi, solusi terbaik adalah menjauh. Cari aman kerennya. Eh, nggak tahunya keterusan di zona aman. Hihihi

Alhasil, bulan Ramadan ini mentargetkan diri update status berhubungan dengan blog saja.

Kebetulan saya juga ikut #Challengemenulis bersama Indscript ini. Setidaknya postingan saya bisa memberi manfaat. Mengingat bulan ini juga merupakan bulan ramadan penuh berkah dan hikmah, rasanya tidak pantas juga memberi tulisan yang memunculkan aura negatif, bukan?

Jadi, agar puasa lancar, tidak ada salahnya kita saling menahan diri selama 30 hari ke depan dengan melakukan gerakan puasa media sosial.

Puasa media sosial? Apaan tuh? 

Apakah kita harus nonaktif semua media sosial selama sebulan? Nggak posting curhatan di FB? Nggak nulis cuitan di twitter? Nggak ngegosip di Instagram?

Tenang. Bukan itu kok maksud saya mengajak teman-teman semua untuk puasa media sosial. Tetapi lebih pada menahan jari agar kita sedikit menyaring tulisan mana yang pantas untuk dipublish dan tidak di media sosial selama Ramadan. 

Karena sejatinya, pembaca zaman sekarang cerdas. Sedikit saja ada kesalahan dalam menulis sesuatu, sering kali akan mendulang beberapa komentar, baik komentar negatif maupun positif. Meskipun di awal, tak ada niat buruk sekalipun. 

Kesimpulannya, saya hanya ingin mengajak gerakan puasa media sosial yang bertujuan agar kita lebih ektrem lagi dalam menjaga hati selama 30 hari di bulan Ramadan. Kita lebih banyak fokus pada kebaikan, bukan sebaliknya. 

Lantas, bagaimana caranya puasa media sosial untuk menahan diri ketika Ramadan ini?

Adakah tip atau trik jitu yang mampu mengerem jari kita supaya tidak keseleo lagi?

Ada banyak cara kok. Bahkan sangat mudah dipraktikkan. Mau tahu? Kurang lebih begini pengalaman saya saat di zona nyaman beberapa bulan lalu. 

1. Klik tombol rem pada Jempolmu dari Godaan Nyinyir 

Jika kita diminta untuk menahan ucapan, tak jarang beberapa orang akan menasihati dengan istilah "Mulutmu adalah Harimaumu." Begitu juga dengan media sosial yang isinya beragam orang. Sebuah ranah publik yang bisa dilihat siapa saja, dibaca siapa saja, dan ditanggapi siapa saja. 

Untuk itu, agar terhindar dari godaan "Jempolmu adalah harimaumu" sebaiknya sebelum mengunggah tulisan di laman media sosial, kita teliti terlebih dahulu. Apakah tulisan tersebut layak untuk dinikmati banyak orang? Apakah bisa memberi manfaat? Atau justru mengundang komentar julid unfaedah?

Nah, penting sekali memikirkan hal tersebut. Itulah kenapa kita harus memiliki tombol REM pada jempol kita. Sebagaimana fungsi dari rem itu sendiri, yaitu berarti menghentikan, menahan, dan memperlambat sesuatu. 

2. Hindari Perasaan Baper Saat Bercengkrama di Media Sosial

Wajar sekali jika manusia itu baper. Sebab Allah menciptakan hati adalah agar kita terlatih untuk peka dengan sesama. Tapi, memiliki perasaan berlebihan tentang sesuatu apalagi di media sosial, itu juga tidak baik. 

Demi terjaganya hati tetap bersih, menahan diri ketika Ramadan dengan tidak selalu mengandalkan hati dalam menanggapi postingan status teman di media sosial juga sangatlah penting. 

Media sosial adalah sebuah ruang publik. Jelas saja kita akan menemui bermacam-macam orang. Mulai yang kalem, cuek bebek, suka nyinyir, motivator dan lain-lain. Jika zona friendlist kita banyak yang suka nyinyir, kita nggak boleh gampang baper.  Parahnya, gara-gara baper kita membalas dengan cuitan atau status yang mengundang nyinyir juga. Alhasil, jadilah perang komentar maupun status di media sosial. 

Pernahkah berpikir apa manfaat kita baper berlebihan seperti di atas? Rasanya tidak ada manfaat justru mengurangi pahala kita saat bulan puasa.

3. Puasa Menyebar Berita yang Belum Pasti Kebenarannya

Era digital memang banyak bermunculan merek smartphone pintar. Sayangnya, kepintaran smartphone berbanding terbalik dengan penggunanya. Netizen zaman now memang kritis tapi kadang ada juga yang kurang realistis. Tak banyak dari mereka suka menyebar berita dengan membagikan tulisan yang belum teruji kebenarannya. 

Nah, di bulan yang penuh ampunan ini, baiknya kita bisa menahan diri ketika Ramadan dengan lebih bijak menanggapi sebuah berita. Bila perlu ketika berita tersebut hendak dibagikan, kita mencari tahu detil kebenarannya. 

Inilah esensi dari puasa media sosial itu sendiri. Sebab, dengan kita membagikan tulisan positif,  amal jariyah yang kita dapat. Sementara membagikan berita yang belum tentu benar alias hoax melainkan dosa jariyah kelak karena akan dimintai pertanggungjawaban. 

4. Tak Perlu Semua Orang Tahu Siapa Dirimu

Puasa yang diambil dari kata 'Shaum' dari Bahasa Arab bermakna menahan diri, mencegah diri, atau menjauhkan diri dari sesuatu. 

Nah, bulan suci penuh hikmah kali ini, tidaklah pantas jika media sosial hanya diisi dengan postingan curhatan yang lebih terkesan ke arah pamer ataupun riya. Contoh : dikit-dikit posting soal berapa surat dalam Al-Quran yang sudah dibaca, pamer sedekah, atau bahkan membagikan berita yang sejatinya tidak penting untuk dikonsumsi publik. 

Sebaiknya, belajarlah menahan diri ketika Ramadan dengan tidak perlu menunjukkan pada semua orang siapa kita, juga bisa dijadikan ajang berpuasa media sosial agar tidak mengundang prasangka bagi banyak orang. Tahan baik-baik jarinya, ya! 

Nah, empat hal di atas adalah poin penting yang harus digaris bawahi saat  bulan Ramadan ini. kita tidak hanya menahan diri ketika Ramadan dari rasa haus dan lapar saja. Menahan lisan dari ucapan yang tidak patut, menahan pikiran dari prasangka buruk, tidak pula menahan jari dari fenomena media sosial yang menggelitik emosi jiwa, tetapi juga menahan hati  agar lebih legowo dan bijak dalam menyikapi sesuatu. 

Jadikan Ramadan ini sebagai ajang perubahan ke arah yang lebih baik, menjadi manusia yang lebih produktif, dan menjadi orang yang senantiasa berpikir positif. Dengan melakukan sesuatu yang perlu dan meninggalkan sesuatu yang tidak penting. 

Semoga kita dimampukan mendapatkan berkah Ramadan ya, teman-teman. 

AGAR ANAK SEMANGAT BERPUASA? YUK, JALAN-JALAN SAAT PUASA DENGAN BERBURU 6 TAKJIL FENOMENAL INI

Jumat, 17 Mei 2019


Hello, Sahabat Malica. 

Tak terasa sudah 12 hari kita menjalani ibadah puasa, ya?

Bagaimana rasanya? 
Sudah istiqomah melakukan amalan-amalan yang ditargetkan? 
Sudah bisa hijrah menjadi pribadi lebih baik lagi? 

Apapun yang sudah direncanakan di bulan penuh berkah ini, semoga bisa menjadi bekal pahala di akhirat nanti. 

Nah, biar puasa makin seru, gimana kalau kita ngajakin si kecil  jalan-jalan saat puasa dengan berburu takjil fenomenal? Pasti seru, dong. Dan saya yakin, anak-anak tentunya semakin semangat lagi berpuasa. Iya, nggak? 

Benar sekali jika ramadan itu dikatakan sebagai bulan penuh berkah. Sebab, bisa kembali bertemu dengan bulan ramadhan saja sudah menghadirkan kebahagiaan tersendiri bagi umat muslim. Selain itu, bulan Ramadan juga kerap dikatakan sebagai bulan penuh rahmat serta bulan yang  asyik untuk jalan-jalan puasa sambil berburu menu takjil lezat yang menggoyang lidah. Betul? 

Makanya jangan heran, saat sore tiba Anda melihat banyak orang jalan-jalan saat puasa mulai dari anak-anak, remaja, bahkan yang tua sekalipun berbondong-bondong berburu menu takjil menjelang berbuka puasa. Aktivitas tersebut hampir sudah menjadi rutinitas melegenda saat momen ramadan tiba.  

Lantas, menu takjil apakah yang sering diburu dan menjadi favorit? Yuk, simak ulasan berikut!

1. Kolak Pisang 


Cookpad.com

Rasanya tidak afdol jika berbuka puasa tanpa kolak pisang. Menu takjil satu ini memang juara deh. Bukan hanya sebagai santapan lezat yang wajib tersaji di rumah, tetapi juga menjadi menu andalan yang dijual di manapun. 

Kolak pisang ini terbuat dari perpaduan santan, gula merah, potongan pisang dan sedikit ditambahkan daun pandan untuk penyedap rasa. Rasanya tak hanya manis tapi juga gurih, sebab saat dimasak wajib ditambahkan sedikit garam. Sangat pas untuk dinikmati saat berbuka, bukan? Dijamin, anak-anak pasti suka. 

2. Es Blewah


Pinterest.com

Nikmatnya es blewah selalu menggoda mata, terlebih untuk si kecil yang baru saja belajar puasa.  Tampilannya sederhana, namun segarnya sangat pas menjadi pemuas dahaga. 

Maka dari itu, es blewah menjadi salah satu minuman segar yang laris diburu untuk dijadikan menu takjil andalan. Selain rasanya manis dan dibandrol cukup murah, es blewah juga kaya manfaat untuk kesehatan tubuh, lho. 

3. Teh Manis


Cantik.tempo.co

Meski tergolong menu takjil sederhana, teh manis menjadi minuman segar paling popular di bulan ramadan. Bisa disandingkan dengan menu buka puasa jenis apa pun. Baik disajikan saat hangat maupun dingin, teh manis selalu menggoda segarnya. Sangat praktis diminum juga untuk teman si kecil saat jalan-jalan saat puasa bersama Mom dan keluarga. 

4. Es Buah 


Pinterest.com

Siapa sih yang tidak tergoda dengan segarnya es buah?

Bisa dibilang es buah ini menjadi minuman kesukaan sejuta umat, lho. Di luar bulan puasa, es buah ini sudah laris manis terjual. Anehnya, saat bulan puasa justru membludak. Para pemburu takjil seolah tidak mau terlewat dengan pesona es buah yang menggoda tenggorokan.  

Rasa yang manis perpaduan susu kental dan sirup, serta potongan aneka buah-buahan seolah mampu menjadi penghapus dahaga paling maknyus. 

Nah, dijamin jalan-jalan saat puasa dengan es buah ini ada di depan mata si kecil, tentu hari esoknya mereka akan meminta Mom untuk berburu takjil murah meriah ini kembali. Pun, semangat berpuasa akan semakin meningkat. Yah, mesti niat puasa si kecil sedikit banyak karena dia ingin es buah. Hehehe  

5. Kurma 

hwww.winnetnews.com

Perintah tentang makan yang manis-manis saat berbuka sudah begitu melekat di telinga umat muslim. Meski terbilang langka di negara Indonesia, buah kurma tetap menjadi menu takjil yang paling diminati. Tak hanya itu, rasa manis pada buah kurma ternyata mampu mengatasi rasa lemas akibat menahan makan dan minum saat berpuasa, lho! 

Untuk si kecil yang hobi banget makan  menu yang manis-manis, dipastikan pada acara jalan-jalan saat puasa bersama Mom dan keluarga kurma ini dijadikan makanan favoritnya yang harus disantap terlebih dulu. . Apalagi berbuka dengan kurma sudah menjadi budaya di bulan Ramadan. Pasti akan membuat kesan tersendiri untuk si kecil nantinya.

6. Aneka Gorengan

jateng.tribunnews.com

Siapa sih yang nggak suka sama gorengan? Menu takjil ini sudah menjadi primadona, lho. 

Setelah seharian menahan lapar, kebanyakan orang akan mencari camilan ringan untuk mengganjal perut sementara. Dan gorengan menjadi makanan ringan pertama yang siap disantap. Rasanya yang gurih dan bertekstur renyah membuat camilan satu ini sayang untuk dilewatkan. 

Apalagi jika sudah dicocol dengan saus sambal atau cabai rawit, duh, bikin lidah nggak mau berhenti mengunyah, guys! Si kecil pasti lahap banget makannya deh. 

Nah, itulah beberapa menu takjil paling laris dan sering diburu oleh banyak orang ketika sedang jalan-jalan saat puasa atau ngabuburit bersama orang tercinta. 

Kira-kira, dari keenam menu takjil buka puasa di atas, manakah yang menjadi favorit si kecil, Mom?  

INILAH 6 BERKAH RAMADAN SEBAGAI SARANA MEMPERBAIKI DIRI LEBIH BAIK

Rabu, 15 Mei 2019



Assalamualaikum, Sahabat Malica😊

Apa kabar ramadan tahun ini? Pasti banyak hal baru yang menyenangkan dan bikin nagih ingin berjumpa di bulan ramadan tahun depan, bukan?

Bukan hal baru lagi jika ramadan selalu datang dengan sejuta berkah yang melimpah. Jadi tak heran jika seluruh umat muslim di dunia menyambutnya penuh suka cita, bahkan ada juga beberapa negara menyambut kedatangan ramadan dengan tradisi-tradisi khas yang disajikan secara unik dan megah. Hal tersebut semata-mata dilakukan guna mendapat berkah ramadan yang hanya bisa dijumpai selama satu tahun sekali.


Uniknya, setiap orang memiliki cara berbeda-beda dalam menjemput berkah ramadan tersebut.  

Katakanlah seorang pebisnis atau pengusaha sukses yang ingin mencari berkah Ramadan melalui kegiatan rajin bersedekah ke panti asuhan maupun anak yatim. Ada juga beberapa orang ingin lebih khusyuk dalam beribadah selama satu bulan Ramadan. 

Tak hanya itu, beberapa orang pun merencanakan one day one juz agar rahmat bulan Ramadan tersebut bisa didapatkan dengan mudah.

Lantas, bagaimana dengan saya?

Apakah bulan Ramadan tahun ini membawa perubahan bagi saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik?

Kalau boleh jujur, dari bulan-bulan ramadan sebelumnya yang saya lalui, sepertinya tahun ini lebih istimewa dan menantang. Saya banyak mendapatkan berkah ramadan, meskipun baru berlangsung selama 11 hari. Saya menikmatinya dengan ikhlas,  rasa bangga sekaligus syukur berkali-kali. 

Tahun lalu, saya menikmati puasa bersama kedua anak sebagai ibu bekerja. Pagi hari, saya mengajar di sebuah lembaga taman kanak-kanak. Sementara pada waktu siang hari hingga menjelang buka puasa, saya mengajar di sebuah bimbingan belajar swasta. Hampir bisa dihitung berapa kali saya menikmati santap buka puasa bersama anak-anak selama satu bulan. Hehehe

Sedangkan tahun ini, ada sedikit perbedaan yang patut disyukuri. Walaupun tetap bersama dua anak saja menjalani ibadah puasa, tetapi saya bangga sebab puasa tahun ini bisa menjadi full mom menjaga anak-anak di rumah sekaligus memantau bagaimana mereka bisa kuat belajar berpuasa seharian. Inilah salah satu berkah ramadan yang menurut saya sangat istimewa.




Sebenarnya bukan hanya itu saja sih. Ada beberapa kebahagiaan lain yang ingin saya bagikan kepada sahabat Malica yang masih setia membaca tulisan di blog receh ini. Bukan kebahagiaan yang bermakasud riya atau pamer, bukan juga merasa lebih baik dari yang lain, tetapi lebih kepada pengakuan pada diri sendiri "Oh, saya bisa ternyata" dan siapa tahu mungkin ada yang bisa mengambil hikmah berkah ramadan dari pengalaman sederhana saya ini.

Penasaran kan, ya? langsung saja deh!

1. Menjadi Ibu yang Lebih Sabar

Berkah Ramadan pertama yang saya dapat adalah menjadi sosok ibu yang lebih sabar. Dari puasa pertama, Allah sudah memberikan bungkus permen yang insyallah rasa manisnya tak kalah dengan isi permennya.

Si sulung resmi didiagnosa mengidap penyakit Lymphadenitis Granulomatosa Tuberculosa atau lebih dikenal dengan TB kelenjar getah bening. Tak hanya sekali, saya mengecek kesehatan si sulung. Saya harus bolak-balik ke rumah sakit mulai dari puasa pertama sampai puasa hari ketujuh baru jelas tindakan pengobatan apa yang harus saya ambil.

Wuah, sejujurnya bikin sport jantung. Tapi bagaimana lagi, hanya saya yang dimiliki si sulung di rumah. jadi mau tidak mau, sebagai ibunya harus melakukan apa pun untuk kesembuhan dia.

Saya, yang aslinya tipe nggak sabaran, mendadak 180 derajat harus berwajah kalem membujuk si sulung agar mau melakukan tes patologi, tepatnya tes pertama gagal karena si sulung menolak dengan tangisan yang tak kunjung reda. 

Hari selanjutnya, saya kembali ke rumah sakit bersama si sulung setelah semalaman penuh memberikan segala macam afirmasi supaya tes patologi berjalan sesuai rencana.

Suara yang biasanya melengking saat berbicara dengan si sulung, juga mendadak kalem bak putri dari tanah keraton. Tak hanya itu saja, jam makan si sulung yang biasanya lebih dominan jika rasa lapar mulai melambai-lambai, barulah dia beranjak memanggil ibu dan meminta makan, mendadak harus diubah lebih disiplin waktu.

Sekilas dilihat Nampak ribet, ya. hehehe

Namun bagi saya, justru bungkus permen ini menjadi sarana belajar untuk mengubah diri lebih baik lagi.

2. Mendadak Jadi Chef Andal

Wuah, poin ini sebenarnya membuat saya ragu. Hampir mundur maksimal di hadapan dua bocah di rumah. "Bisa nggak sih saya menyiapkan menu kesukaan yang enak dan lezat untuk mereka?" begitulah gumam kata hati saya. hahaha

Bisa dibilang saya bukan tipe ibu yang ribet. Memberi makanan anak harus disajikan beberapa menu, baru deh mereka mau makan. Bukan tipe saya banget. hehehe 

Saya adalah tipe ibu yang praktis dan sederhana. Saya cukup menyajikan menu satu atau dua jenis lauk pauk, sayuran, buah, dan minuman segar saat puasa.

Yes, sesimpel itu.

Bagi saya, buat apa menu makanan banyak tapi nggak dimakan sama anak. Mending secukupnya tapi sekali habis dilahap. Yang penting sayuran wajib ada. Sehari saja nggak masak sayur, saya bisa diprotes anak-anak. Karena sejak usia 6 bulan saat MPASI diberlakukan, sayur apa pun sudah menjadi sahabat mereka.

Apa berkah Ramadan di sini?

Saya tiba-tiba menjadi ibu yang rajin memasak seolah-olah seperti chef andal. Setiap kali hendak memasak,  saya wajib membuka resep di cookpad guna mendapatkan rasa yang berbeda setiap harinya plus lezat di lidah anak-anak tentunya. Meski fakta berbicara bahwa ikan yang dimasak tetaplah sama. hihi

3. Lebih Istiqamah dalam Beribadah

Karena bisa full di rumah, jadi saya memberlakukan aturan baru pada anak-anak. Kali ini soal ibadah salat dan mengaji. Biasanya memang mereka sudah mengaji di taman bacaan Al-Quran yang ada di desa, tapi untuk bulan puasa kali ini diliburkan. Akhirnya, saya pun mencoba meminta anak-anak mengaji satu halaman setelah salat dan diulang-ulang.

Sayangnya, saya nggak bisa mengajak mereka beribadah ke masjid dekat rumah sebab sepertinya mereka belum siap. Bukannya ikut jamaah bareng, eh, justru lari-larian bareng teman-temannya. jadi, saya pun cari aman agar tidak membuat gaduh di masjid, solusinya ke masjid hanya saat salat tarawih saja. Hehehe

Qodarullah, aturan baru ini bisa istiqamah sampai puasa ke-11 berlangsung. Sungguh berkah yang luar biasa bisa mengajak anak-anak belajar menjadi lebih baik perihal beribadah. 

4. Lebih Rajin Menjalankan Salat Sunnah

Tak dimungkiri, bulan Ramadan adalah bulan suci yang penuh ampunan dan keberkahan. banyak umat muslim berlomba-lomba untuk mendapatkan rahmat di bulan ramadan ini, termasuk saya. 

Biasanya salat sunnah dhuha dan tahajud masih bolong-bolong, Alhamdulilah di bulan berkah Ramadan kali ini saya mulai  belajar kembali memperbaiki diri dengan rutin menjalankan salat sunah tersebut.

Tidak ada maksud untuk pamer ataupun lainnya. Ramadan kali ini saya memang sudah memantapkan hati untuk terus mendekatkan diri kepada-Nya. Segala amalan yang bisa saya lakukan, tentu dengan usaha keras saya berusaha terus melakukannya secara istiqomah, baik ibadah sunnah maupun wajib. Saya hanya berharap, "Ya Alllah, semoga amalan-amalanku diterima di bulan ramadan kali ini. Ya Allah, semoga apa yang saya lantunkan setiap malam padamu segera datang tepat pada waktunya."

Tentu sudah menjadi keinginan semua orang, bukan? 

Doa doa sederhana yang saya minta kepada Allah. Dan semoga diijabah. Amin

5. Sadar untuk Berbuat Kebaikan

Sambil mengajarkan si kecil bahwa berbuat baik tidak selamanya harus berupa uang. Memberikan sedekah nasi saat acara buka bersama di desa, juga sebuah kebaikan kecil yang wajib disyukuri. 

Kebetulan, hari ini bertepatan dengan acara rutin buka puasa bersama satu minggu sekali di desa, dan saya terlibat di dalamnya untuk menyiapkan beberapa bungkus nasi untuk sore nanti.

Tak disangka, si bontot, anak perempuan saya antusias sekali membantu. Sejak bangun tidur tadi pagi, dia sudah membantu saya mengupas bawang merah dan bumbu masak lainnya untuk persiapan sore nanti.

6. Mengencangkan Planning One Day One Juz

Benar-benar menjadi berkah ramadan yang istimewa. Alhamdulilah, rencana yang menjadi daftar list beberapa bulan yang lalu, ternyata berjalan lancar di bulan ramadan ini. 

Sebenarnya bulan-bulan sebelumnya juga bisa sih menuntaskan planning one day one juz, hanya saja saya banyak alasan dengan kesibukan sendiri. Duh, jadi malu nulisnya. Hihi 

Tak disangka, puasa ke-11 sudah ada 11 juz yang bisa saya khatamkan. Bukan hanya senang bisa menepati janji pada diri sendiri, selain itu ada juga ketenangan dalam hati. Alhamdulilah

Keenam berkah Ramadan ini sungguh di luar nalar diri saya pribadi. Tapi jika hingga saat ini saya mampu melakukannya, itu semuanya karena kehendak Allah. Allah telah menuntut saya menjadi pribadi yang lebih baik lagi.  

Melalui Ramadan tahun ini, Allah memberikan sarana perbaikan diri agar saya menjadi muslimah sebenar-benarnya muslimah sesuai yang diajarkan dalam Al-Quran dan Hadist.

Sebaik-baik penolong saat kita butuh adalah Allah. Jalan terbaik yang bisa kita jadikan panutan adalah jalan baginda Rasullulah yang nantinya akan membimbing kita meraih surganya Allah.

Sebaik-baiknya bekal untuk mencapai surga Allah adalah bertakwa. Dan untuk mencapai semua itu kita harus melakukan sebuah amalan yang dibarengi dengan kesabaran penuh.

Semoga kita semua dimampukan, ya. Semangat! 

Salam sayang dari Malica😊