SANG PENGGEMBALA - Yunani

Selasa, 03 April 2018
Dongeng Anak Dunia
Tema : Pembohong

              SANG PENGGEMBALA - Yunani
                  (Malica Ahmad)

Alkisah, di Negeri Yunani, ada seorang penggembala muda bernama Stelios. Keseharianya selain menggembala kambing di padang rumput, dia juga sangat suka menjahili para penduduk desa. Suatu hari ketika Stelios merasa bosan menunggu kambing-kambingnya yang sedang merumput, dia mulai mengeluarkan ide jahilnya.

"Kayaknya asyik ya kalau aku ngerjain para penduduk." Stelios tertawa kecil dengan apa yang terbayang dibenaknya.

Selang beberapa menit, Stelios menarik napas dalam lalu berteriak keras ke arah rumah penduduk. "Tolong  tolong .. aku. Ada Serigala, toolonggg! Serigala jahat itu mau memakan kambing-kambingku."

Para penduduk yang mendengar teriakan penggembala jahil itu, langsung lari ke luar dan bergegas menuju ke arah sumber suara. Beberapa dari mereka pun ada yang sudah siap membawa senjata untuk menangkap Serigala. Tak menyangka penduduk begitu antusias. Konon, mereka sudah cukup lama ingin memusnahkan Serigala sebab hewan ternak mereka pun sudah habis dimakan. Sayangnya, mereka selalu gagal.

Sesampainya di tempat Stelios, para penduduk bingung bukan kepalang. Bukan Serigala yang mereka lihat melainkan bocah penggembala yang sedang tertawa terbahak-bahak. Para penduduk marah. Mereka merasa telah ditipu oleh bocah penggembala ingusan.

"Sial. Ternyata ini Cuma ulah si bocah iseng itu, " ucap salah satu penduduk kesal.

Mereka lantas membubarkan diri dan kembali ke rumah masing-masing sambil menggerutu.

"Dasar, anak nakal! Padahal aku sudah cukup lama menantikan bisa menangkap Serigala rakus itu. Sebab dia sudah banyak memangsa hewan ternakku," kata salah satu penduduk dengan nada kesal. Sementara di padang rumput, bocah penggembala tertawa puas.

“Lucu sekali ya, Penduduk desa itu. Mudah sekali aku bohongi," kata Stelios sambil tertawa terpingkal-pingkal. Hilang sudah rasa bosannya setelah menjahili para penduduk. Dia begitu terhibur.

Sore harinya, dia pulang sambil tersenyum senang tanpa menyadari keisengannya telah membuat kesal para penduduk.

Keesokan harinya, Stelios kembali menggembala kambing. Lagi-lagi ketika menjelang siang, dia merasa bosan. Tiba-tiba dia teringat dengan kejadian kemarin. Stelios pun hendak mengulanginya lagi. Tak lama kemudian, dia pergi ke pinggiran padang rumput dan berteriak keras ke arah rumah para penduduk.

"Ada Serigalaa. Ada Serigala! Toloong aku, Toloong aku. Tolong selamatkan kambingku!"
Teriakan Stelios kembali didengar oleh para penduduk.

Penduduk yang mendengar langsung berlari sambil membawa senjata untuk membasmi Serigala. Lalu mereka bergegas ke padang rumput. Namun, lagi-lagi tak ditemukan Serigala di sana. Hanya bocah gembala itu yag sedang tertawa terpingkal-pingkal.

"Lagi-lagi bocah ini mengerjai kita," gerutu salah satu penduduk geram. Mereka pun tak segan memperingatkan Stelios lalu pulang. Sayang. Peringatan itu sama sekali tak dihiraukan Stileos.

Hari berikutnya, Stelios kembali menggembala kambing-kambingnya di padang rumput. Menjelang siang, tiba-tiba kambing-kambing itu berlarian dan mengembik.

Tak disangka ternyata kali ini ada Serigala sungguhan yang akan memangsa kambing Stelios. Dia panik. Tanpa ragu dia berteriak seperti biasanya di sekitar rumah penduduk. Namun, tak ada satupun penduduk yang keluar. Tentu mereka sudah kapok sebab sudah dua kali para penduduk dibohongi Stelios.

Di sisi lain, kambing-kambing Stelios telah habis dilahap serigala. Stelios menyesal karena telah berbohong dan mempermainkan para penduduk yang sudah kehilangan kepercayaan padanya. Sejak saat itu, Stelios pun berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu berkata jujur dengan siapapun juga.

PESAN MORAL
Jangan suka berbohong. Sebab sekali kita berbohong, maka tidak ada orang manapun yag akan mempercayai ucapan kita. Berusahalah tetap jujur meskipun itu menyakitkan.  Sejatinya,  orang yang suka berbohong itu merugikan diri sendiri.

#30DEM
#30daysEmakmendongeng
#Day4
#Pembohong

Mama, Aku Bisa Mandiri lho!


Mama, Aku Bisa Mandiri lho!
(Malica Ahmad)

Namanya Tasya. Sejak kelas 1 Sekolah Dasar hingga sekarang kelas 3, Tasya selalu menjadi juara kelas. Tapi sayang, teman-teman selalu bilang Tasya itu anak mama. Tidak salah sih mereka bilang begitu, soalnya Tasya selalu bergantung pada mamanya.

Walaupun usia sudah sembilan tahun, Tasya belum bisa mandiri. Dia masih suka manja sama mamanya. Mulai dari memakai baju, mandi, memakai sepatu, menyisir rambut, makan dan lain-lain, Tasya  masih suka minta tolong sama mama.  Bahkan, pergi ke sekolah juga dia meminta mama mengantarkan sampai pintu gerbang. Padahal teman sebayanya, berangkat sendiri membawa sepeda.

Hingga suatu hari, di sekolah, Bu Nina mendongeng tentang kisah Fety, Si anak Jalanan. Fety yang tinggal seorang diri di kolong jembatan. Dia tidak sekolah dan mengaji. Karena setiap hari Fety harus mengamen demi mencari sesuap nasi untuk makan. Fety bukan anak yang suka mengeluh. Semuanya dia lakukan sendiri. Mulai dari mandi, memakai baju, dan lain-lain, Fety bisa melakukan sendiri. Ketika matahari sudah terbit, Fety sudah rapi dan siap berangkat bekerja. Dia mengenakan pakaian yang sedikit lusuh sambil membawa kaleng. Senjatanya yang tidak pernah tertinggal demi mendapatkan beberapa uang untuk makan.

Dan betapa malunya Tasya ketika Bu Nina bertanya kepada semua siswa ,Adakah siswa di sini yang belum bisa mandi sendiri? Tasya hanya tertunduk diam sementara teman-teman lainnya menjawab,Tidak ada. Barulah dia tersadar jika selama ini dirinya anak yang sangat manja. Meski mama berkali-kali menyuruhnya belajar mandiri,Tasya tak menurutinya.

Sesampainya di rumah, Tasya bercerita pada mama tentang kisah si Fety. Dia juga meminta maaf pada mamanya karena selalu menolak ketika diajarkan menjadi anak mandiri.
Maafkan Tasya, Ma. Tasya janji mulai sekarang nggak boleh manja lagi. Tasya juga mau mandiri, kataku sambil memeluk mama. Mama tersenyum dan membalas pelukannya erat.

Keesokan harinya, menjelang berangkat ke sekolah, Tasya tidak melihat baju seragam, sepatu, dan buku tertata rapi di meja belajar. Biasanya Tasya akan kesal dan berteriak memanggil mamanya. Namun sekarang berbeda, dia berusaha menyiapkannya sendiri.

Setelah melihat jarum jam sudah menunjukkan pukul 07.00, Tasya bergegas mandi. Seusai mandi, dia pun memakai seragam dan merapikan rambutnya sendiri.

Mama yang melihat dari balik pintu pun tersenyum senang. Ternyata memang Tasya ingin benar-benar menjadi anak mandiri. Meskipun sang mama sedikit ingin tertawa karena kepang dua rambut Tasya yang nggak sepadan tingginya, dia tetap menahannya. Setidaknya dia bangga dengan Tasya yang sudah mulai berubah lebih baik.

PESAN MORAL
Jadilah anak mandiri, jangan suka bergantung dengan orang lain.

#Day2
#30daysEmakMendongeng
#30DEM
#AkubisaMandiri