Yorick, Anak tak Bertuan Pantang Dipatahkan

Minggu, 28 April 2019

Judul buku  : Yorick
Penulis         : Kirana Kejora
Penerbit  : PT. Nevsky Prospekt Indonesia
Tahun terbit  : 2018
Jumlah Halaman : 336 Halaman 
Nomor Edisi : ISBN 978-602-528-830-2
Harga : 89.000 (P. Jawa) 


Tak ada kisah yang sempurna. 

Sejak lahir, kita sudah menanggung nasib yang tidak bisa dihindari. Terlempar ke dunia tanpa ada pilihan, tanpa tahu dari mana dan mau ke mana. Jangankan ingin protes kenapa hidup ini tidak adil, dilahirkan dari rahim siapa, kita saja tidak bisa memilihnya.  

Inilah hidup, tak ada yang namanya tawar menawar. Juga tidak ada kisah yang sempurna. Ada bahagia yang disegerakan untuk menguji seberapa iman kita bertahan. Ada kesedihan dan penderitaan yang nyaris membuat kita ringkih, dan merasa tak pantas ada di dunia, hanya untuk menguji seberapa kuat mengasah rasa syukur pada-Nya.

Adalah Kirana Kejora, seorang penulis yang ingin berbagi cerita melalui Novel Yorick. Novel yang ditulis berdasarkan kisah nyata perjuangan seorang anak laki-laki dari desa kecil di kecamatan Panjalu, Ciamis, bernama Yorick. 

Novel unik dengan kisah menarik. Penulis sangat apik menyampaikan cerita yang berhasil mengaduk-aduk perasaan pembaca. Menyisipkan motivasi juga filosofi dalam setiap cerita, tanpa sedikitpun menggurui.  

Melalui Yorick, Kirana berbicara bahwa setiap anak yang lahir adalah seorang pemenang. Biar saja tertindas, tapi tak boleh menyerah. Biar saja kalah, tapi tak boleh patah. Sejatinya, banyak cara yang bisa dilakukan petarung tangguh untuk mengubah, bahkan melipat dunia. 

Keterbatasan fisik serta materi sama sekali tak menyurutkan semangat perempuan tua yang akrab dipanggil 'Nenek Encum' untuk tetap merawat Yorick. Sejak kecil, ia merawat cucunya dengan penuh kasih, cinta, dan perhatian layaknya anak sendiri. Tak jarang Yorick kecil mengeluh akan keadaan mereka, tapi nenek hanya bisa membalasnya dengan petuah. 

Yorick memang acapkali mendapat cacian, hinaan, serta perudungan dari teman sebayanya hanya lantaran baju seragam kekecilan, sepatu kebesaran yang tersumpal koran, serta kaus kaki bolong yang dipakainya saat ke  sekolah. 

Tetapi karena merasa berbeda dan rendah diri, Yorick tidak pernah tersulut amarah apalagi melawan. Ia memilih diam dan mengalah, membiarkan mereka bahagia dengan terus mengejeknya.  

Sekilas Yorick bertanya, kapan ia akan dibelikan mobil-mobilan seperti milik si Yayan?

Kapan ia akan memiliki layang-layang yang bisa diterbangkan? 

Tak ada jawaban pasti dari Mak Encum, hanya kata 'sabar' yang diucap berkali-kali dengan penuh semangat dan keyakinan. Ia tahu, menjawab kegelisahan sang cucu yang mulai protes memang tak mudah, tapi ia juga tak mau menyerah mengajarkan pada Yorick, bahwa setiap orang mampu mengubah hidupnya. 

"Jangankan layang-layang. Pabrik pun, kamu bisa punya. (Hal.30)

Kemenangan akan berpihak pada mereka yang membuang rasa keputusasaan

Jejak hidup Yorick memang cukup menyakitkan. Herannya, tak sekalipun ia merepotkan. Kalimat sang nenek selalu menancap dalam ingatan. Selama kita bisa, jangan sampai merepotkan orang. (Hal.51)

Bahkan saking melekatnya petuah nenek tersebut, saat usia 11 tahun, Yorick merawat neneknya yang mulai sakit-sakitan dengan penuh ketelatenan. Berusaha gahar dan mandiri walau dalam hati ia begitu lara dan cemas melihat perempuan tua yang sudah menjadi ayah sekaligus ibu baginya, terbaring lemah tak berdaya. Yorick tetap tidak mau merepotkan tetangga maupun orang lain di sekitarnya.

Tak banyak yang bisa Yorick lakukan, kecuali terus meminta pada sang pemberi kehidupan setiap kali mengerjakan salat. Ia berdoa dengan khusyu' sambil berderai air mata agar sang nenek segera disehatkan. Mak Encum yang lemah, hatinya pun retak. Ia tak bisa menahan air matanya menetes ketika melihat cucu satu-satunya, panik dan khawatir dengan kesehatannya yang semakin hari tampak  memburuk.

Alam memang sudah membenturnya dengan derita bertahun-tahun. Tapi ia tetap kokoh berdiri bak pohon yang tak mudah tertiup angin sebab ada sang nenek di sisinya menjaga. Namun berpisah dengan nenek, benar-benar membuat Yorick kecil ini rapuh  dan sebatang kara, seolah-olah membenarkan bahwa ia memang anak yang tak diharapkan kelahirannya. 

"Neneknya adalah napasnya."(Hal. 100)

Tak peduli berapa lama ia harus menunggu dan menanti. Wajah putihnya yang tampak mulai kelabu dan diselimuti keputusasaan, terus melangitkan doa supaya neneknya kembali. 
Hingga nasib baik pun berpihak padanya. Sang nenek datang menjemput, namun bukan kebahagiaan yang ia beri. 

Nenek Encum memang membawanya bersama ke Bandung. Sayang, ia tidak bisa tinggal serumah dengan Yorick.  Ini semata-mata ia lakukan demi masa depan Yorick. Ia cukup tahu, bahwa ia tidak sendiri. Ada kerabat yang masih bisa disinggahi. 

Membayangkan tinggal bersama paman-pamannya seperti nasihat nenek, hidup Yorick akan berubah. Namun justru penderitaan baru hadir bertubi-tubi. Diremehkan, dianggap benalu, bahkan dibilang biang kekacauan sudah kenyang ia dengar. Saat itu, Yorick hanyalah anak SMP yang dituntut manut dan nurut. Menerima, menjalani, melaksanai apa yang telah menjadi garis hidup sunyinya.(Hal. 127) 

Namun, ada masa di mana ia harus menjadi Elang. Terbang mencari jati diri walaupun keterbatasan ada dalam diri. Untuk pertama kali, Yorick kecil mengambil keputusan setelah hampir 3 tahun berpisah dengan Nenek, napas hidupnya. 

Berpayung langit, beralas kaki, Yorick terus mengikuti ke mana arah angin membawanya melangkah. Mencoba menghibur diri dengan berkata lantang, bahwa semua ini adalah takdirnya sebagai anak berumah alam berkeluarga dengan jalan. (Hal. 174) 

Tak masalah harus bekerja serabutan, asalkan bisa bertahan hidup. Nenek selalu mengajarkannya jujur, konsisten, mandiri dan pantang menyerah, maka menjadi buruh cuci piring, kuli angkut, tukang servis computer hingga programmer IT pun tak masalah. Yang penting  apa yang ia dapat itu halal, bisa hidup nyaman, dan tenang layaknya manusia normal yang ingin menata masa depan. 

Hingga tanpa disadari, kesetiaannya menjadi anak alam membawanya bertemu dengan saudara tak sedarah yang mampu menaikkan derajat hidupnya.  Adalah Rotten, Tejo, dan Iyan. Sahabat yang menjadi pijakannya saat menggelandang. Mereka juga orang-orang terdekat yang menjadi saksi jatuh bangunnya kerajaan kecil Yorick. 

Bermodal sebuah keyakinan yang bersinergi dengan kekuatan pikiran, akan bisa membawa diri ke puncak keberhasilan. (Hal. 250) 

Petuah nenek di masa lalu, lagi dan lagi menjadi pengantar langkah Yorick untuk menggapai mimpi-mimpinya. Akan tetapi, perjalanan hidup tetap misteri. Bisnis yang Yorick bangun tak selamanya berjalan dengan mulus. Ada masa di mana ia berada di atas, lalu tiba-tiba terjatuh  pada kondisi paling bawah hanya lantaran pengelolaan keuangan tak terarah. 

Kerikil-kerikil tajam menjadi sahabat perjalanan, Yorick tak pernah terpatahkan. 

Ujian kehidupan dimulai kembali. Yorick bangkrut dan meninggalkan utang milyaran rupiah. Setiap hari, debt collector bergantian datang ke rumah menagih utang yang harus segera dibayar. Bukan Yorick, sang petarung tangguh jika tak mampu melibas badai yang menjadi penghalang langkahnya. 

Tak pernah patah, tak akan menyerah, terus melangkah. Yorick, penyelam ulung muncul ke permukaan setelah mutiara laut berada dalam genggaman.(Hal.290)

Terlilit utang, tak lantas membuat Yorick berpangku tangan. Dengan mengandalkan seluruh kemampuannya, ia gigih berjuang menerima pekerjaan perusahan besar di Rusia. Walaupun sebenarnya, ia belum yakin bisa menyelesaikannya. 

Cukup dengan pembuktian sekaligus membenarkan  atas ucapan bijak Thomas Alfa Edison yang sukses melakukan penemuan  lampu bohlam sebanyak 999 kali. Artinya gagal 352 kali, ia masih memiliki kesempatan mencoba sebanyak 647 kali percobaan lagi. Setelah itu, ia baru berpikir ini mungkin gagal. (Hal. 285)

Perjuangannya membuahkan hasil. Proyek besar dari perusahaan Rusia telah dalam genggaman.  Utang pun terbayar lunas. Dan kini, Yorick kembali membangun perahunya yang sempat karam.

Yorick menjadi orang sukses dengan jaringan bisnis yang tersebar luas di beberapa negara, Nevsky Prospekt Indonesia. Pak Kin dipercayai sebagai leader yang mumpuni untuk mengatur perusahaan. Juga ketiga sahabatnya, membantunya untuk memperkokoh kerajaan Yorick lagi. Tapi sayang, bergelimang harta tetap membuat hatinya dirudung sepi.

Kebahagiaannya tak pernah utuh. Sebab Yorick belum bisa membahagiakan neneknya sampai ia berpulang. Padahal seharusnya, kesuksesan yang ia raih saat ini patut dipersembahkan pada Mak Encum, malaikat tanpa sayap sekaligus guru besar dengan 1000 pelajaran yang akan selalu ia rindukan. 

Kehampaan semakin menusuk relung kalbu seiring dengan rindu tak bertepi pada sang nenek, juga tentang jodoh yang tak kunjung datang. 

Menurut Yorick, hubungan cinta itu lebih rumit dibanding deritanya saat kecil dulu. Gagal menikah dengan gadis Borneo bernama Tia, Ia tak lagi mengejar apalagi mencari pengganti yang baru. 

Tapi takdir berkata lain. Tepatnya di Sungai Neva, Rusia, Yorick dipertemukan kembali dengan perempuan kedua di masa lalunya. Adalah Nevia, gadis pintar berparas cantik, juga kaya. Hatinya pernah terusik dengan sosok Nevia ini. Tetapi karena merasa tidak pantas, Yorick memilih pergi.  

Bukan peminta cinta, atau pengemis kasih. Baginya, cinta adalah ke sekian yang ia butuhkan, namun tak akan ia paksakan kepemilikannya. (Hal.274) 

Akankah hati Yorick berlabuh pada Nevia? Atau

Justru ia memilih bukan menjadi pemuja cinta?


Cukup musim saja yang dingin, bukan dirimu. Cukup musim saja yang panas, jangan hatiku. Cukup musim saja yang gugur, tidak cintaku. Bodohkah aku masih mencintainya Tuhan? (Hal. 44)



OPINI

Penulis yang ramah dan tetap membumi meski beberapa penghargaan sudah diraihnya. Adalah Kirana Kejora, penulis yang identic menyajikan kearifan lokal pada setiap novelnya. Salah satunya termasuk novel Yorick, yang alur ceritanya dibuka dengan penjelasan  mengenai latar, suasana, sejarah serta kebudayaan yang ada di Saint Petersburg, Rusia. Hal yang sangat berbeda dengan penulis lainnya. Meskipun demikian, lantas tidak membuat novel ini seperti karya nonfiksi sejenis artikel travelling. Sama sekali tidak.

Justru penuturan kearifan lokal yang begitu halus sehingga tanpa sadar pembaca diajak berkeliling menikmati indahnya negeri yang dikenal dengan sebutan negeri Beruang Merah. 

Walaupun di awal sempat agak bingung dengan alur maju dan mundur, beruntungnya penulis menyajikan dengan bahasa ringan yang mudah sekali dipahami. 

Hal menarik yang membuat saya semakin kagum, novel ini diselipi dengan diksi berima. 

Sore yang mendung, senja berjelaga, murung.

Malam yang temaram,semakin membuatnya muram. 

Setiap kejadian beruntun seringkali menjadi penuntun.

Dalam novel ini juga pembaca diajak mengenal sekilas bahasa sunda. Sempat bertanya-tanya, apa maksudnya? 

Walau tak ada catatan kaki di bagian bawah cerita, Kirana mengartikan maksud bahasa sunda masuk dalam barisan cerita. 

Tak hanya itu,  selain keunikan dari segi judul 'YORICK' saat kesan pertama sudah membuat penasaran untuk dibaca. Novel bersampul cokelat tua ini tampak elegan. Desain cover sangat sesuai dengan penggambaran sosok Yorick sebagai tokoh utama. 

Bagi Anda yang sedang dilanda keputusasaan, ingin menyerah, ujian hidup bertubi-tubi, dan hati yang kering, bacalah novel Yorick ini. Kalimat filosofi-filosofi hidup di dalamnya mampu membakar semangat sekaligus penyejuk jiwa. 


KRITIK

Nobody's perfect!

Meskipun sempat terhanyut dengan diksi dan jalan cerita yang mengaduk-aduk perasaan, nyatanya saya masih menemukan kata salah ketik dan kata tidak baku yang mengharuskan saya menjeda membaca sejenak dan melihat KBBI sekadar cek kebenarannya. Seperti:

Setidakya (Hal.29)
Menakhlukannya (Hal.229)
Aktifitas (Hal. 298) 

Dan seperti buku pada umumnya, biasanya penerbit menyediakan pembatas buku sebagai penanda. Entah kenapa di novel Yorick ini tampak berbeda. Sehingga ketika saya ingin berhenti membaca, terpaksa harus menandainya dengan pensil atau melipat ujung lembaran sebagai pengingat. 

Selain itu, ada bagian layout buku yang berdempetan atau tanpa jeda seperti sebelumnya. pada halaman 20 ke 21, 30 ke 31, 36 ke 37, 56 ke 57, tampak tak ada barisan kosong halaman sebagai penanda pergantian pada sub-bab.

Terlepas dari kekurangan di atas, tim YORICK sudah sangat kreatif, cerdik, dan inovatif dalam menjajakan bukunya di jagad literasi Indonesia.


SARAN 

Novel ini nyaris sempurna. Tetapi rasanya saran sekadar untuk perbaikan juga dibutuhkan. Untuk cetakan selanjutnya, alangkah baiknya jika diberikan pembatas buku. Bertujuan agar memudahkan pembaca sebagai penanda bacaan. 

Tentang penulisan yang mungkin salah ketik dan tidak baku, juga tidak ada halaman kosong sebagai penjeda pada beberapa sub-bab cerita, alangkah baiknya diteliti ulang sebelum naik cetak. 

Namun untuk keseluruhan, hanya satu kata dari saya 'KECE' untuk novel, penulis, juga tim managemennya. Yorick, semoga sukses film di layar lebar kelak. 

Dan sedikit menanggapi kenapa Mbak Kirana menuliskan kalimat ini dibuku yang saya beli,

'Untuk Kejora Malica, belajarlah dari Yorick.'




Simpel dan jelas, namun bermakna luas. Setelah membaca lembar demi lembar, saya banyak belajar banyak dari sosok Yorick ini. Bahwa benar adanya jika ingin mengubah masa depan, kita harus memaafkan apa yang terjadi di masa lalu. 

Tidak ada manfaatnya menyimpan dendam, karena sejatinya hanya menghambat jalan untuk maju ke depan. 

Terima kasih, Yorick!  

22 komentar on "Yorick, Anak tak Bertuan Pantang Dipatahkan"
  1. Wow, membaca review-nya saja aku sampai nahan napas membayangkan betapa perjuangan Yorick kecil hingga dewasa yang bertubi-tubi tidak membuatnya putus asa, apalagi membaca bukunya pasti seru banget. Makasih ulasannya mbak Malica. Sukses terus untuk mbak Kirana. Aku sukses penasaran dengan buku ini hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo cuss beli mbak. Ini kisah nyata. Jadi novel rasa biografi gitu. Hehhee

      Hapus
  2. Kayaknya seru ya? Terlepas dari kekurangannya, ini novel yang layak untuk dimiliki.

    BalasHapus
  3. Keren. Bagus nih dibaca buat nutrisi jiwa dalam mengarungi dinamika kehidupan. Thanks Malica :)

    BalasHapus
  4. Aku sudah baca jugaaaak, huhuuuh... Ngbayangin anak kecil penuh penderitaan kaya gitu kasihan rasanya soalnya inget anak sendiri. Tapi itulah ya yang bikin Yorick jadi tough hingga kini.

    BalasHapus
  5. Ya ampuuuun, Maaak, keren banget review-mu
    Aku kepooooo sama YORICK. Patut buat dijadikan kado ke anak-anak, nih

    BalasHapus
  6. Keren ya, Yorick menginspirasi banget... jadi pengen baca novel full -nya

    BalasHapus
  7. Novel yang sangat menginspirasi. Kita bisa mengambil banyak pelajaran dan hikmah dari perjalanan hidup Yorick ya...
    Bahwa hidup tidak selamanya enak, untuk menghadapi berbagai masalah harus pantang menyerah dan mau bekerja keras.

    BalasHapus
  8. Kisah Yorick ini menginspirasi sekali. Quote-quote yang ada di buku juga ngena banget. suka.

    BalasHapus
  9. Hatur nuhun telah cinta Yorick. Semoga juga sayang filmnya. Segera tayang tahun ini. Aamiin

    BalasHapus
  10. Yorick kamu membuat aku sangat penasaran ingin langsung baca novelnya juga heu. Keren mba ulasannya. Bikin saya ingin baca jg hehe. Duh jadi penasaran dengan kiaah cinta Yorick hehe.

    BalasHapus
  11. Akankah hati Yorick berlabuh pada Nevia? Atau


    Justru ia memilih bukan menjadi pemuja cinta?

    Wah..aku kan jadi penasaran yaa
    Ini resensi kece sekali sekece novelnya

    Hmm..Novel Yorick, banyak nilai moral yqbg bisa kita ambil hikmahnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banget, Mbak. Pas awal baca baru bab 3 saya udah dibikin mewek. Hihi... Ini pertama kali belajar buat resensi, Mbak dian.

      Hapus
  12. Sangat menginspirasi, ingin membelikan novel ini untuk anak sulung saya. Anak-anak muda harus baca novel ini.

    BalasHapus
  13. Kayaknyavyang mau belajar diksi bisa nih dari novel ini ya. Keren deh pokoknya

    BalasHapus
  14. Anak muda hri ini harus baca Yorick. Agar kelak ia tahu bahwa hidup adalah perjuangan. Sungguh novel yang inspiratif dan sarat makna. Banyak hikmah yang bs dipetik dari cerita diatas. Keren mbak, makasih sudah menuliskannya :)

    BalasHapus
  15. Mantap, Yorick membangunkan para anak muda...untuk terus tak membiarkan mimpi lenyap. Yorick...meninggalkan rasa penasaran pembaca, ujungnya gimana ya sama Nevia?atau?


    Kak Key merankai diksi apik, puitis dan dalam makna dan filosofi.

    Ulasan reviewnya komplit banget Nyah...

    BalasHapus
  16. Wooow, di awal membaca kirain nama Yorick bukan tentang anak sunda, ternyata anak sunda yang dituturkan dengan apik meski bukan nama tokoh khas sunda. Penasaran setelah membaca reviewnya. Pasti akan menguras emosi saat membacanya

    BalasHapus
  17. Wah keceh juga isinya ya mbak rekomended banget ini

    BalasHapus
  18. Yorick kecil seorang anak yang tangguh. Mencintai mak Encum dengan segenap hati. Karena keteguhan untuk hidup lbh baik dia berjuang. Ihhh berat ya ...kecil diolok2 ikut saudara dihina, tp busa membuat Yorick perkasa. Mupemg deh ceritanya di akhir gimaba ya?

    BalasHapus
  19. Masih ingat banget waktu awal-awal Kirana Kejora memberi sedikit bocoran ttg novel ini. GAk nyangka sama sekali kalau Yorick ini ttg cowok Sunda. Perkiraanku orang mana gitu. Semacam Rusia atau mana gitu dr namanya. Ternyata, hehehe.

    BalasHapus

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9